My Lost Prince

Rosa L.
Chapter #7

Belanja Itu (Tidak) Asyik!

“Kok ke sini, sih?” cetus Leon ketika melihat apa yang ada di depannya. Aku membawanya ke salah satu pusat grosir terbesar di kotaku. Tempat ini memang sedikit kotor, penuh asap rokok, dan meskipun ada AC-nya, tapi itu tidak terlalu dingin. “Hei, ayo pergi ke tempat lain saja!”

“Sori, deh, tapi kamu lagi nggak bawa duit berlebih jadi buat berhemat, kita ke sini saja, ya? Tenang saja, aku bawa Pak Udin, kok, buat bantu nawar!” aku menunjuk Pak Udin yang segera membentuk pose menghormat.

“Siap, Non!” katanya dengan nada seperti tentara pada komandannya. Aku tertawa sementara Leon meringis. 

Apa mungkin dia tidak pernah pergi ke tempat seperti ini sebelumnya? Kalau ceritanya bisa diterima bahwa dia adalah seorang pangeran, mungkin bisa dimaklumi. Tapi entah kenapa aku masih belum yakin sepenuhnya akan identitasnya, jadi kuanggap saja dia adalah anak ekspatriat yang tersesat. 

“Jadi, yuk kita pergi!” aku mengajak Leon ceria, sementara Leon kelihatan misuh-misuh dengan pelan di sampingku. “Karena kamu hanya punya sisa uang sejuta, ada baiknya kita beli dua pasang baju aja, ya? Mungkin sekitar tiga ratus sampai empat ratus ribuan... jadi sisanya bisa kamu buat makan dan beli keperluan lainnya seperti toiletris.”

“Dua pasang?” Leon memekik nyaring seolah itu adalah pembunuhan. “Aku ini pang... aaw!” aku menendang kakinya di saat yang tepat sebelum dia berhasil mengucapkan kata yang tidak bisa dipercaya itu.

“Katanya mau dirahasiakan, kok malah mau koar-koar di depan publik?” bisikku.

Leon masih mengaduh namun menjawab manyun, “Iya, deh, sori. Kan otomatis jadi kelupaan...”

Aku hanya menghela napas, namun saat melihat toko yang menjual jeans, segera memberi kode agar Leon dan Pak Udin mengikutiku ke sana.

“Jeans?” Leon menatapku sambil mengerutkan kening, sementara tangannya memegangi celana berwarna biru tua terdekat dengan wajah blank.

“Kamu pasti butuh celana, kan? Ayo pilih! Tuh lihat, harganya murah-murah! Ntar kalau ditawar bisa lebih murah lagi!” aku menjelaskan dengan bersemangat. Leon menatap wajahku sejenak lalu menghela napas dan mulai memilah-milah di antara celana-celana yang ada. Aku membantu memilihkan di sebelahnya.

“Ukuranmu apa? S? M? L?” tanyaku sambil lalu sembari memandang sebuah celana jeans berwarna putih cukup lama. Sepertinya ini cocok...

Lihat selengkapnya