My Lost Prince

Rosa L.
Chapter #15

Kejanggalan di Rumah

Ini tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Ini tidak mungkin. 

Bagaimana mungkin Leon, seorang laki-laki asing dan bukan muhrimku, bisa masuk dengan bebas ke dalam rumahku sambil membopongku? Apa aku sedang mimpi? Biasanya laki-laki lain semuanya diusir sejak di pintu gerbang tapi kenapa dia malah boleh masuk kamarku? Apa Mama baik-baik saja?

“Tu... turunin!” aku memberontak begitu kami sudah hampir melewati pintu depan. Sebentar lagi semua orang rumah akan bisa melihatku. “Aku mohon, turunin aku!”

“Jangan cerewet, deh! Ntar kamu jatuh lagi dan tambah cedera! Mau?” Leon justru memarahiku. Aku menggeleng dan hanya bisa pasrah pada apapun yang terjadi.

Kami sudah melewati pintu depan dan benar saja, para pembantu di rumahku terbengong-bengong memandang kami.

“Non...” salah seorang pembantuku yang bernama Sutirah hendak bertanya, tapi Pak Sartono, sopir pribadi papaku, menahannya lalu menggeleng. Kalau jadi gosip, maka ini akan sangat memalukan!

Tanpa sadar, Leon sudah menaiki tangga menuju kamarku yang terletak di loteng.

“Hei, Nona, tahukah kamu betapa beratnya mengangkat beban sambil naik tangga?” kata Leon dengan napas tersengal-sengal. “Nanti kamu harus banyak-banyak berterimakasih padaku!”

“Berterimakasih karena sudah dipermalukan?” balasku kasar.

“Ini perintah mamamu, tahu!” semprot Leon. 

“Aku yakin Mama lagi nggak dalam kondisi prima. Mungkin dia kecapekan dan salah menyangka kalau kamu adalah perempuan. Wajahmu cukup ‘cantik’, sih,” dugaku sambil mengikik. Leon manyun, namun akhirnya berhasil tiba di ujung tangga.

“Huf... akhirnya... tinggal sedikit lagi, kan?”

Dan aku baru menyadari ada sesuatu yang sangat aneh yang terjadi sejak tadi.

“Leon...”

“Ya? Mau memuji kekuatan dan ketampananku? Silakan.”

“Mimpi! Bukan itu, tahu! Aku ingin tanya, gimana kamu bisa tahu dimana kamarku? Aku kan nggak pernah ngasih tahu kamu.”

Hampir saja aku dijatuhkan di tengah koridor saking hebatnya reaksi Leon saat terkejut oleh pertanyaanku.

“Aku... menebak-nebak saja. Aku punya indera keenam.”

“Indra keenam dari Hong Kong!” umpatku, namun berpikir. Masa Leon pernah ke sini? Tapi sikap Mama... tunggu, ada yang aneh di sini! 

Ceklek!

Suara pintu samping terbuka menembus gendang telingaku dan keluarlah Kak Reyhan, kakak sulungku, yang berambut hitam kecokelatan dan bermata cokelat gelap. Ia cukup tampan dengan kharisma yang besar dan tubuh yang lumayan kekar akibat latihan beladiri. Kini ia bekerja sebagai direktur di salah satu perusahaan Papa.

“Hei...” ucapannya membuat Leon menghentikan langkah. Kakakku mendekati kami dengan sorot mata setajam elang dan aura kelamnya membuatku ketakutan. 

“Kamu...”

Lihat selengkapnya