Pagi datang dengan cepat, tapi saat terbangun, aku masih ngantuk. Bisa dipahami karena tadi malam aku tidur larut malam. Dengan tertatih-tatih, aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku berniat masuk sekolah karena memang merasa sudah cukup sehat. Kakiku memang masih bengkak, tapi sudah tidak sesakit kemarin. Aku siap untuk menghadapi hari yang baru di sekolah!
Tepat ketika aku selesai mengenakan seragam putih abu-abuku, seseorang menerobos ke kamarku dengan ceria.
“Sayang~”
Tebak siapa yang berani memanggilku “Sayang” selain keluargaku. Aku menghela napas.
“Pagi-pagi sudah bikin ribut, Leon,” keluhku, lalu berjalan pelan ke meja belajarku untuk memasukkan beberapa buku ke tas sekolahku yang berwarna hijau muda. Ia mendekatiku dengan langkah ringan.
“Kamu sudah mau pergi ke sekolah? Kakimu kan masih bengkak...” cerocosnya sambil memandangi kakiku.
“Iya, tapi masih bisa jalan, kok. Kamu sendiri mau kemana sepagi ini rapi banget?” aku balik bertanya, melihatnya sudah mengenakan jaket kulit hitam yang keren dan celana sewarna yang matching. Itu bukan pakaian yang kutahu. Sepertinya dia sudah menanggalkan semua kepura-puraannya dan mengenakan koleksi pakaiannya yang biasa.
“Kamu lupa? Aku kan mau pulang hari ini.”
Deg!
Gerakan tanganku yang hendak memasukkan buku catatan Biologi ke tasku jadi terhenti. Pukulan keras itu terasa lagi di dadaku.
Sakit.
Kenapa?