Usai mandi, aku mengenakan long dress berwarna merah yang terbuat dari sutera dan sepatu berwarna hitam dengan hak rendah, tidak lupa merias diri dengan make-up natural dan parfum yang tidak terlalu kuat. Setelah merasa pantas berjalan-jalan di dalam istana, aku pun keluar kamar. Dalam hati aku berharap supaya tidak tersesat, namun sebagai antisipasi, aku sudah membawa ponsel.
Aku mencoba mengikuti rute yang tadinya ditunjukkan Emerson dan bisa tiba dengan selamat sampai pintu masuk. Seorang pengawal berseragam putih menghampiriku dan bertanya dalam bahasa asing. Aku tidak mengerti dan bertanya, “Can you speak English? (Apa Anda bisa berbahasa Inggris?)”
Dia kelihatan kaget lalu berkata, “Yes, I can (Ya, saya bisa).”
“So, why did you approach me? (Jadi, kenapa Anda menghampiri saya?)” tanyaku.
“No, just... I’ve never seen you around here. Who are you? (Tidak, hanya saja... saya tidak pernah melihat Anda di sini. Siapa Anda?)” ia balik bertanya.
“I am a guest. My name is Raina (Saya ini tamu. Nama saya Raina),” sahutku. Mendengar namaku, pengawal itu kelihatan kaget.
“Raina? ‘That’ Raina? I mean... our prince’s... (Raina? Raina yang itu? Maksud saya... itunya Pangeran kami...)”
“Yes, right. Where he is now? (Ya, benar. Dimana dia sekarang?)” aku bertanya.
“Usually in the afternoon like this, he is in the training room. You can go there from here by turning left, turning right and walking for a while. Training room has a clear sign, Your Highness (Biasanya siang begini beliau ada di ruang latihan. Anda bisa ke sana dari sini dengan belok kiri, belok kanan, dan berjalan sebentar. Ruang latihan punya tanda yang jelas, Yang Mulia),” pengawal berambut pirang dan bermata hijau itu menjelaskan dengan rinci. Aku merasa gembira karena akhirnya ada juga yang memberitahuku tentang keberadaan Leon.
“Okay. Thank you. See you! (Oke. Terima kasih. Sampai jumpa!)” pungkasku, lalu berjalan sesuai instruksinya.
Aku berbelok ke kiri yang membawaku ke sebuah koridor asing dengan taman yang terlihat di jendela sebelah kirinya, lalu berbelok ke kanan dan menghadapi sebuah koridor panjang dengan banyak pintu di sebelah kanan. Ruang latihan... ruang lat... tunggu... itu kan suara Leon?
“...Yuna!”
Ya, benar, itu suara Leon, tapi kemudian terdengar seruan marah seorang perempuan dalam bahasa yang tidak kumengerti.