My Love

Rizky Yahya
Chapter #1

Bab 1: Senja di Tepi Kenangan

Di sebuah kota kecil yang indah, hiduplah seorang gadis bernama Alia. Dia adalah seorang mahasiswa arsitektur yang cerdas dan bersemangat, namun kehidupannya jauh dari kata mudah. Kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan mobil saat ia masih remaja membuat Alia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan kuat. Dia tinggal bersama adik laki-lakinya, Fajar, yang masih duduk di bangku SMA.

Suatu sore yang cerah, Alia duduk di sebuah kafe favoritnya yang terletak di tepi sungai. Kafe itu memiliki suasana yang tenang dan pemandangan senja yang menakjubkan, tempat yang sempurna bagi Alia untuk melepas penat setelah hari-harinya yang sibuk. Dia membuka laptopnya dan mulai mengerjakan tugas akhir kuliahnya, sesekali menatap keluar jendela, menikmati pemandangan matahari terbenam yang perlahan tenggelam di balik cakrawala.

Tanpa sengaja, Alia mendengar percakapan di meja sebelah. Suara seorang pria yang lembut namun penuh wibawa menarik perhatiannya. Alia menoleh dan melihat seorang pria tampan dengan mata yang tajam dan senyum yang ramah. Dia sedang berbicara dengan seorang wanita paruh baya yang tampaknya adalah pemilik kafe. Dari percakapan itu, Alia mengetahui bahwa pria tersebut adalah Arka, seorang pengusaha sukses yang baru saja pindah ke kota tersebut untuk mengembangkan bisnisnya.

Arka kemudian duduk sendirian, menikmati kopi dan membaca sebuah buku. Tak lama kemudian, tatapan mereka bertemu. Arka tersenyum dan Alia membalasnya dengan anggukan kecil. Mereka kembali tenggelam dalam kesibukan masing-masing, namun ada sesuatu dalam pertemuan itu yang membuat hati Alia berdebar.

Malam itu, saat Alia pulang ke rumah, pikirannya terus melayang pada sosok Arka. Ada sesuatu dalam tatapan dan senyumannya yang membuatnya merasa berbeda. Fajar yang melihat kakaknya melamun, menyenggolnya pelan. "Lagi mikirin apa, Kak?" tanyanya.

Alia tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ah, nggak apa-apa, Jar. Cuma capek aja," jawabnya.

Hari-hari berikutnya, Alia kembali ke kafe tersebut, berharap bisa bertemu lagi dengan Arka. Dan benar saja, mereka sering bertemu di sana. Awalnya hanya saling menyapa, tapi lama-kelamaan mereka mulai berbicara. Percakapan ringan tentang cuaca, kopi, dan pemandangan senja berubah menjadi diskusi mendalam tentang hidup, mimpi, dan kehilangan. Alia merasa nyaman berbicara dengan Arka, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sejak lama.

Lihat selengkapnya