My Love In Rotterdam

Melda Fitri
Chapter #8

Rotterdam (Belanda)#2

Jarum jam menunjukkan angka 02.24 dinihari saat ini, setelah melakukan penerbangan enam jam yang lalu tepat pukul 07.24 tadi pagi dari Jakarta. Saat ini Nata tengah berada di bandara Internasional Schiphol Amsterdam tanpa membuang waktu sesuai petunjuk dan instruksi yang ia kumpulkan dari Jakarta sebelumnya, Nata melangkahkan kakinya menuju tempat registrasi untuk penerbangan selanjutnya menuju Rotterdam.

Nata lega, tidak butuh waktu lama baginya untuk melakukan registrasi. Saat berbalik tanpa ia sadari ternyata ada yang antri dibelakangnya, Nata tidak sengaja menginjak kaki pria dengan setelan jaket Hoodie kualitas ori dan celana jeans yang pria itu kenakan. Tubuh Nata tertahan dan hampir terjungkal ke belakang akibat posisinya yang berbalik mendadak tadi. Pria itu menarik tangannya agar tak jatuh.

"Sorry meneer, dat was niet mijn was bedoeling."= "Maaf tuan, Saya tidak sengaja". Sambil merapikan posisi kaca matanya.

"Ok, geen problem."= "Ok, nggak masalah." Jawab pria itu singkat.

Nata pun segera bergegas dari sana dan duduk di bangku antrian sambil menunggu instruksi penerbangan selanjutnya.

Sementara di kursi antrian paling belakang seorang pemuda tengah kesakitan akibat kakinya yang tidak sengaja terinjak Nata.

"Verdomme, arme meid, ik kan nog steeds geen vier ogen zien huhh."= "Sial, dasar gadis cupu, udah mata empat masih saja nggak lihat orang huhh." Umpat Ibra dari belakang.

Ibrahim Senopati Sagar, sudah dua bulan ini menggantikan posisi ayahnya di perusahaan Sagar Of Rotterdam, dan dialah CEO nya saat ini dan kedepannya. Dia baru saja kembali dari Denhag untuk peninjauan proyek disana. Ayahnya Allard Sagar keturunan Indonesia Belanda dan ibunya issack barend keturunan langsung Belanda. 

Ibra, begitulah dia dipanggil, kedua orang tuanya berusaha menjodohkannya dengan putri rekan bisnis mereka dari perusahaan Royal Vopak yang bernama Else Vopak. Namun Ibra tidak menggubris perjodohan itu sama sekali, padahal Else sangatlah cantik dan seksi, entah kenapa Ibra tidak pernah tertarik dengan gadis itu yang ternyata sudah jatuh cinta padanya semenjak setahun lalu saat acara undangan makan malam di rumahnya. Ibra tipe pria yang suka gonta ganti pasangan, namun untuk cinta dia tidak pernah memikirkan kesana, semua ia lakukan hanyalah untuk bersenang-senang semata, sampai saat ini komitmen untuk menikah masih jauh dipikirannya.

Sepuluh menit kemudian para penumpang dengan tertib menaiki pesawat dan mencari nomor kursi masing-masing. Nata sempat panik, semua kursi hampir penuh dan hanya ada satu nomor lagi yang belum terisi yaitu nomor kursi yang ia miliki, kursi disebelah Ibra. 

"Excusser meneer, dit is mijn stoel." Sambil memperlihatkan nomor kursinya ke Ibra.

"Oh ok, alstublieft." Ibra pun mempersilahkan Nata untuk duduk di sebelahnya.

Pramugari pun memulai instruksinya kepada penumpang untuk segera menggunakan sabuk masing-masing, siapa sangka seorang gadis cupu akan duduk berdampingan dengan sitampan. Ibra.

Ibra kembali mengumpat, pasalnya belum sampai lima menit Nata sudah terlelap dan parahnya kepalanya bersandar manja di dada kekar Ibra. Nata memang sangat kelelahan dan belum ada tidur semenjak pukul lima pagi demi persiapan keberangkatan nya ke Belanda.

"OMG. Hij weer, hij weer, wat een droom die ik gisteravond had om deze vreemde vrouw te ontmoeten."= " OMG, dia lagi-dia lagi, kenapa gue harus jumpa dia lagi.

Ibra hampir menepis gadis itu agar bangun dan memperbaiki posisi duduknya, namun Ibra tidak tega melihat Nata seperti kelelahan akhirnya dia pasrah dan rela membiarkan gadis itu di dada kekarnya. Sambil menarik napas perlahan dan menghembuskannya kembali begitulah yang dilakukan Ibra.

Dia mendengar dengkuran halus Nata dan mencium aroma lembut gadis cupu itu, seakan dia candu dan membiarkannya tetap bersandar didadanya.

Kurang lebih empat puluh lima menit penerbangan Amsterdam - Rotterdam, pesawat pun kembali mendarat sempurna di bandara Rotterdam.

"Bagaimana ini, gadis ini nggak bangun-bangun, apa gua bangunin aja ya?" Ibra menggerutu, sementara penumpang lainnya hanya tersenyum tipis melihat adegan mereka, seakan tidak cukup bermesraan di rumah saja bahkan dipesawat pun juga masih. Begitulah kira-kira opini penumpang lainnya. Tak ada pilihan lain lagi.

"Hei wevrouw, sta op, we zijn er blijf je hier?"= "Hei nona, bangunlah, apa kau akan tetap disini?"

Ibra menepuk halus pundak wanita itu dan mengguncangnya pelan. Nata membuka matanya perlahan dan berusaha mengumpulkan kesadaran nya kembali, namun dia sendiri terlonjak kaget tanpa berpindah sedikit pun akibat sabuk yang melingkar di tubuhnya.

"Maaf tuan, aku tertidur maafkan aku."

"It's ok." Ibra kembali menjawab ketus.

Lihat selengkapnya