Suami terbaik

Firanda firdaus
Chapter #2

Chapter #2 Kecurigaan Revi bagian 2

"Me-Merik, kenapa kau menatapku begitu? apa ada yang salah dengan kata-kataku?" tanya Kauri yang mendadak gagap. 

"hm, tidak, aku hanya tidak menyangka kau bisa bicara seperti itu, terimakasih atas pengertianmu, sayang. Aku semakin mencintaimu," jawab Merik sambil tersenyum. Gadis itu benar-benar tidak mengerti dengan jantungnya, kenapa berdebar saat mendengar sang suami memujinya dan tersenyum kepadanya, wajahnya terasa memanas, tubuhnya terasa kaku seakan ada tali yang mengikatnya kuat hingga membuatnya tak bisa bergerak saat dia mendengar poengakuan cinta dari sang suami, padahal selama ini pria itu sering mengatakan cinta terhadapnya, tapi dirinya selalu cuek berbeda dengan sekarang, dia merasa dunia begitu indah dia bagaikan terbang melayang diatas awan. 

Merik telah duduk dengan nyaman dikursi paling ujung tempat makan dan siap menikmati hidangan, tapi niatnya dia urungkan saat melihat sang istri yang masih diam mematung ditempatnya seperti patung pancoran dan membuat pria itu menyerngit heran. 

"kenapa sayang? kenapa kau masih berdiri seperti patung begitu? ayo! duduk kita makan," ujar Merik sambil terus memandang sang istri.

"Merik," panggilnya. 

"hmm,"jawab sang suami. 

"bisakah kau ulangi perkataanmu?" tanyya Kauri meminta pendapat. Pria itu menaikkan sebelah alisnya. 

"perkataan yang mana?" tanyanya bingung. 

"kau mencintaik," jawab Kauri malu-malu. Pria itu tersenyum geli mendengar permintaan sang istri yang tak biasa, karena tak biasanya wanita itu memintanya untuk mengatakan 'cinta' apa lagi meminta izin atas kesediaannya biasanya istrinya itu akan memerintah jika ada maunya. Merik mulai berdiri dan sedikit bergeser dari tempatnya, dia mendekati sang istri tangannya diletakkan pada kedua bahu istrinya, setelah jemarinya berpoindah pada wajah cantik gadis itu, sedikit mengangkat wajahnya agar sang istri bisa memandangnya langsung.

"dengar! aku mencintaimu,Kauri. Aku sangat mencintaimu, apa itu itu cukup?" tanyanya. Jantung Kauri kembali berdebar, dadanya terasa menghangat mendengar ungkapan cinta dari sang suami, tapi dia tak tau perasaan apa yang sedang menghinggapinya.

"Merik," lirihnya. Wanita itu menatap mata sang suami, terlihat begitu banyak cinta yang ada disana.

"kalau sudah puas, bisakah kita makan sekarang?" tanya Merik. Kauri mengerjapkan matanya, saat dirinya tersadar telah meminta hal konyol pada sang suami dia merasa malu hingga membuatnya menundukkan kepala.

"maaf," sesalnya. Kini giliran sang suami yang merasakan kebingungan pada sang istri, tadi wanita itu memintanya untuk mengungkapkan cinta , tapi setelah dia menurutinya gadis itu memintak maaf.

"hei, kenapa mintak maaf sayang?" bingungnya. Dia kembali mengangkat wajah sang istri agar bisa memandangnya.

"dengar! aku tidak keberatan untuk mengatakannya, sekalipun kau memintaku mengatakannya 1000 kali, aku tidak keberatan, karena aku memang mencintaimu, sayang. Kau mengerti?" jelasnya. Kauri mengangguk memahami sang suami, setelah itu pria itu menuntun sang istri untuk duduk didekatnya, gadis itu masih menunduk namun dalam hati dirinya merasa suaminya adalah pria yang baik dan begitu mencintainya, tak seperti dirinya yang menikah karena harta. 

****

Revi benar-benar kesal dengan sikap sang ayah yang membela istrinya, dia juga sedih karena ayahnya menamparnya didepan ibu tirinya. Didalam dia langsung menghambur kedalam ranjang empuk miliknya, gadis itu membenamkan wajahnya di bantal empuk miliknya, dia tidak ingin ada yang tau bahwa dirinya sedang sedih dan menangis. Sementara itu, Yusino memandang sedih nona mudanya, dia tau ini akan berat untuk gadis itu, apa lagi selama ini nonanya itu tak pernah diperlakukan kasar oleh majikannya apa algi ditampar, jadi dia yakin gadis itu pasti sedang menangis dan dia berusaha untuk menghibur.

"sudalah, nona muda jangan menangis lagi. Saya tau kalau sekarang nona pasti sedih,'kan, nona juga pasti kesal pada Tuan Besar, tapi nona jangan melampiaskan kesalhan pada tuan besar, dia,'kan, tidak tau apapun tentang nyonya Kauri yang sebenarnya. Jadi tuan tidak sepenuhn,nona," bujuknya. Gadis itu memalingkan wajahnya kebelakang, dia memandang pembantunya yang kini berdiri dibelakangnya. Yusino dapat melihat mata gadis itu sembab, jadi dia yakin kalau nonanya itu memang menangis. 

"lalu menurutmu, apa aku harus menerima ibu tiri macam dia, Yusino?" tanyanya penuh emosi. Perempuan itu terkejut melihat tanggapan nonanya yang sepertinya sudah salah poaham mengenai maksud ucapannya, sejujurnya Yusino tidak berniat membuat gadis itu semakin emosi, apa lagi harus menerima Kauri sebagai ibutirinya yang jelas sangat dibenci oleh gadis itu. 

Lihat selengkapnya