Kauri tersenyum meremehkan, dalam hati dia dia ingin menertawakan kebodohan suaminya dalam menilainya, dia bersedih bukan karena ucapan anak tirinya tapi karena memikirkan mantan kekasihnya dan pria itu salah mengira.
"dengar! sayang, kau tidak perlu merisaukannya, tadi dia sudah mintak maaf padaku dan berjanji akan menerimamu sebagai ibu tirinya," ucap Merik menenangkan, kemudian dia mengecup pipi putih sang istri. Wanita itu merasakan keanehan saat mendapat kecupan lembut dari sang suami, darahnya berdesir, wajahnya terasa memanas bahkan jantungnya berdebar tidak karuan, padahal selama ini dia tidak pernah merasakan keanehan semacam ini meski apapun yang akan dilakukan pria itu terhadapnya.
Merik benar-benar merasa bersalah pada istri tercintanya, dia sangat tidak ingin melihat wanita yang paling dicintainya bersedih, ia bahkan rela melakukan apapun demi mengembalikan senyum wanita itu.
Merik mengangkat kepalanya kembali, kemudian dia memegang bahu sang istri lalu membalikkan tubuhnya secara perlahan, pria itu menangkup wajah sang istri dengan kedua tangannya lalu mendongakkan wajah sang istri agar bisa menatap wajahnya lebih jelas. Sementara itu, Kauri merasakan tubuhnya seperti membeku saat matanya beradu dengan tatapan sang suami secara langsung, seakan tatapan itu mampu menguncinya hingga dia tak bisa berpaling dari tatapan mata itu.
"kau, menyesal menikah denganku? "tanya Merik.
Deg...
Jantung Kauri seakan berhenti berdetak mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut suaminya, entah kenapa pertanyaan itu terasa menyakitkan untuknya, bukankah seharusnya ia dapat dengan mudah menjawab pertanyaan itu, dirinya hanya tinggal jawab 'iya' agar dia bisa kembali bersama mantan kekasihnya, tapi sekarang hatinya justru merasa terhiris pilu. Bibirnya terasa kelu, dadanya terasa sesak mendengar pertanyaan yang begitu ikhlas dari sang suami, tanpa sadar air matanya menetes, wanita itu merasa sang suami tak lagi percaya terhadapnya, tapi bukankah memang dia tak pantas dipercaya oleh seorang pria sebaik pria itu, pura-pura bersikap baik dan menikah hanya karena harta, lalu apa artinya air mata itu.
Merik yang tak mengerti apa yang ada dalam pikiran wanita itu justru semakin merasa bersalah karena dia berfikir air mata sang istri adalah karena kesalahannya, pria itu segera menarik sang istri kedalam dekapannya karena tak ingin wanita yang paling dicintainya itu menangis karenanya.
"maaf, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu, sayang, "sesalnya. Wanita itu hanya mengangguk dalam pelukannya.
"Dengar! aku mintak maaf, aku tidak bermaksud meragukanmu, aku percaya padamu dan kau juga harus percaya bahwa aku tidak akan membuatmu menangis lagi, "janjinya.
"hmm, "gumam Kauri. Pria itu merasa sangat lega mendengar jawaban sang istri, apa lagi suara isak tangisnya sudah tidak terdengar lagi,Merik mengerutkan keningnya ketika dia merasakan sesuatu yang aneh pada istrinya, hingga dengan perlahan ia melepaskan pelukannya pada istrinya, hampir saja wanita itu terjatuh kalau saja dia tidak segera menangkapnya kembali, dia tersenyum geli melihat sang istri ternyata tertidur dalam dekapannya.
"Kauri, " Panggilnya memastikan. Tidak ada jawaban hanya terdengar suara dengkuran halus ciri khas orang tidur saja yang ada, hampir saja dia terkena serangan jantung dadakan karena takut terjadi sesuatu pada wanita yang paling dicintainya. Kadang pria itu bingung sendiri melihat sikap sang istri, bagaimana mungkin tidur dalam posisi berdiri seperti ini.
Merik segera mengangkat tubuh sang istri dan membaringkannya di atas ranjang empuk miliknya, pria itu ikut membaringkan dirinya disamping sang istri, dipandanginya wajah ayu itu lalu dibelainya penuh dengan kasih sayang, "aku mencintaimu, Kauri, istri kecilku, "gumamnya.