Bagi Alina Keenan Raftar, setiap hari adalah hari libur baginya. Karena pasca lulus dari SMA ia memutuskan untuk menunda kuliahnya hingga tahun depan. Karena ia merasa lelah dengan kegiatan yang menyangkut dengan yang berbau kertas, tinta dan berhitung.
"Kamu beneran tidak ada rencana buat kuliah sayang?" tanya mama pada Alina, ia menyapu pandangannya dan disambut dengan ekspresi ingin tahu dari semua anggota keluarga kecilnya yang tengah makan malam bersama, Alina meletakkan sendok makannya di atas meja.
"Apa Alina boleh kuliah di Jerman?" tanya Alina.
"Astaga dek. Lo serius mau kuliah ke Jerman? Sekolah kemaren saja sering bolos. Untung kamu lulus." ledek abang Reza.
Alina langsung menjulurkan lidahnya kearah abang Reza. "Ma, abang jengkelin."
"Oke, adek boleh kuliah di Jerman." kata papa menyela.
Di dalam hati Alina sudah bersorak penuh kemenangan ia berpikir kalau diperbolehkan untuk kuliah di Jerman seperti ini ia akan bertemu banyak bule - bule tampan disana.
Dari awal niat Alina sudah tidak menunjukkan untuk benar ingin belajar di Jerman, melainkan malah ingin ajang pencarian jodoh disana.
"Alina boleh pa kuliah di Jerman?" tanya Alina, papa menjawab dengan anggukan.
"Tapi ada syaratnya." ujar papa. Alina telah menduga sebelumnya kalau papa tidak akan semudah itu melepaskannya untuk kuliah di luar negeri sendiri, hal itu sangat mustahil.
"Apapun persyaratanya Alina terima dan akan Alina lakukan yang terbaik pa, demi ke Jerman." ucap Alina sembari terkekeh pelan di dalam hati.
"Kamu harus nikah sama rekan kerja papa." tutur papa Alina. Seketika ia terdiam dan masih mencerna ulang perkataan papanya tersebut.
"Apa? No!" pekik Alina. Matanya terbelak lebar sangat terkejut dengan syarat yang diajukan papanya tersebut.
"Ngomongnya ih!" tidak tahu dari mana asalnya tapi sendok makan itu sudah melayang kearah Alina dan mengenai tepat kearah mulut Alina. Reza terkekeh pelan melihat keberhasilannya mengusili adiknya tersebut.
"Oh iya, punten. Bentar pa. Alina gak jadi kuliah di Jerman ya, Alina kuliah di Indonesia aja."
Papa menggelengkan kepalanya. "Pokoknya kamu harus menikah dengan rekan kerja papa."
"Loh gak bisa gitu dong pa? Ya sudah Alina pindah ke Pluto saja kalau pilihannya masih seperti itu."
"Kebanyakan drama lo dek." ledek abang Reza.