Runa makin penasaran dan ingin menyesuaikan diri di dunia peri. Runa ingin segera mengikuti petualangan selanjutnya bersama para peri.
Malam tiba, Runa tidak tahu harus berbuat apa. Tidur di mana aku? pikir Runa. Onxao meringkik.
“Tinggal saja di hutan unicorn. Hutanku luas sekali dan hanya ada unicorn di dalamnya,” jelas Onxao
“Oh tidak, Onxao! Aku takut pada unicorn selain kamu yang bertanduk. Huh! Mengerikan!” dengus Runa ngeri.
“Tidak, tidak. Kau tidak akan diseruduk mereka. Mereka semua baik-baik,” ujar Onxao menenangkan.
Runa masih ragu untuk mengikuti Onxao. Ingin rasanya dia menangis karena ngeri membayangkan hutan unicorn. Kalau saat ini dia ada di rumah, dia pasti sudah santai-santai membaca buku. Hati Runa saat itu dicengkeram rasa takut yang mengerikan dan luar biasa.
“Jangan takut! Jika mereka menyerudukmu, aku akan menghalangimu dan berbicara kepada temanku bahwa kau adalah sahabatku,” hibur Onxao.
Sedikit-sedikit, hilang rasa takut dari hati Runa. Seakan kabut yang menutupi hatinya menghilang. Runa percaya kepada Onxao. Runa lalu menaiki punggung Onxao.
Onxao terbang ke hutan unicorn. Setiba di hutan unicorn, Runa turun dari punggung Onxao. Mata birunya memandang berkeliling dengan takjub.
Runa dan Onxao masuk lebih dalam ke hutan. Tiba-tiba semua kuda bertanduk mengentak-entakkan kaki dengan marah sambil meringkik. Rupanya teman-teman Onxao tidak suka ada makhluk selain unicorn masuk ke hutan mereka. Teman-teman Onxao maju dengan marah, siap menyeruduk.
Runa mundur selangkah, lalu selangkah lagi. Onxao menghalangi Runa dan meringkik kepada teman-temannya.
“Jangan seruduk dia. Dia sahabatku. Jangan kalian sakiti dia. Dia tidak akan mengganggu kalian,” ujar Onxao.
Para unicorn itu pun tidak jadi menyeruduk dan kembali tidur. Para unicorn itu berdiri saling berdekatan. Cara tidur mereka adalah berdiri dengan tetap menutup mata. Tidak seperti sapi yang berbaring dengan santai.
“Aku bisa menemanimu tidur. Silakan pilih tempat tidur yang kau mau! Tunggu dulu. Aku akan membuatmu tertutup. Oh ya, itu indukku, Onzee,” kata Onxao sambil menunjuk induknya.
Onxao menggaruk-garuk tanah dan mengelilingi tempat yang dipilih Runa. Seketika itu juga tumbuh barisan pohon-pohon yang tinggi seperti dinding kamar. Jadi, Runa akan terlindungi.
“Bagaimana caranya aku keluar?” tanya Runa.
“Bisa saja. Besok aku akan menemanimu keluar,” jawab Onxao.
“Di mana aku tidur?” tanya Runa lagi.
Onxao menggaruk tanah dan tiba-tiba saja ada daun pisang yang bertumpuk-tumpuk. Juga ada bantal dari daun pisang yang bertumpuk-tumpuk dan dilipat. “Terima kasih, Onxao,” ucap Runa lega. Onxao meringkik.
Runa berbaring di kasur daun pisangnya yang empuk. Sebentar kemudian, Runa sudah tertidur. Onxao juga tidur.
Esok harinya, Runa bangun dan memanggil Onxao.
”Onxao!” panggil Runa. “Keluar, yuk ....”
Onxao menggaruk-garuk pasir dan tiba-tiba pohon tinggi yang mengelilingi Runa menghilang.
“Waw! Kau sungguh hebat!” puji Runa. Onxao meringkik senang.