Sudah berhari-hari Tara tidak berbicara dengan tim 8, rasanya janggal karena hari-hari Tara belakangan diwarnai oleh mereka dan kini mereka seolah tak mengenal Tara.
Pagi ini di pantry dia bertemu dengan Adriana. Ketika mata mereka bertemu, Tara memberanikan diri untuk menyapanya. "Hai Dri." Adriana hanya tersenyum kecil lalu keluar ruangan pantry. Mungkin masih ada harapan mereka masih bisa berteman kembali, Tara mencoba berpikir optimis.
Yang awalnya kaget dan senang dengan keberuntungan yang dia dapatkan setiap hari. Lama-lama Tara jadi merasa terbiasa dan hambar. Bus kosong dan dapat tempat duduk, oh sudah biasa. Menang undian, sudah biasa. Pekerjaannya dipuji, itu juga sudah biasa. Dapat diskon dan promo kemanapun dia ingin belanja, sudah biasa juga.
Yang jelas meskipun berada di puncak, sekarang Tara merasa kesepian.
Malamnya dia malas sekali untuk datang ke kumpul keluarga ulang tahun neneknya. Dia ingin mencari-cari alasan kenapa tidak datang. Ditatapnya layar handphonenya yang berisi chat dari Edwin. Sejak ulang tahun Lisa, Tara belum membalasnya sama sekali. Kebetulan sekali Mimi juga mengajak dia pergi di hari itu di jam yang sama dengan acara ulang tahun neneknya, jadi sebenarnya dia bisa punya alasan, apalagi saat ini dia sangat membutuhkan teman curhat.
Tapi setelah ditimbang-timbang, dia merasa tidak etis melewatkan ulang tahun neneknya karena janjian dengan teman, jadi Tara mengundur ketemuan dengan Mimi di minggu depan.
Tara tidak punya tenaga lagi untuk berbasa-basi dengan saudara-saudara. Bahkan Tara merasa sinis terhadap Karin, cucu kesayangan nenek yang membawa pasangan di sampingnya.
"Kenapa lemes banget keliatannya?" Tanya Tantenya.
"Kamu sakit ya?" Tanya mamanya.
Tara hanya tersenyum lemah dan menjawab, "Enggak kok, gak apa-apa."