My Mentari

Putri Wahidatussyafa'ah
Chapter #2

Sorry, Ma

Kring... Kring... Kring...

Jam menunjukkan pukul 09.15 WIB. Di SMA Nusantara, ini adalah jam istirahat. Semua murid berhamburan ke kantin hingga kantin penuh sesak. Bayangkan saja satu sekolah terdiri dari 21 kelas yang rata-rata berisi 30 anak setiap kelas dan kantinnya hanya 4. Itu hal yang membuat Aurel malas beranjak dari tempat duduknya. Makanya ia selalu membawa 2 bekal dari rumah. Yang satu untuk istirahat pertama dan yang satunya lagi untuk istirahat ke dua. Tapi karena masalah tadi malam, jadinya Aurel tidak membawa bekal. Aurel masih konsisten dalam sikap marahnya. Jadilah istirahat pertama ia habiskan di dalam kelas tanpa makanan. Marsha pun sepertinya malas untuk bangkit dari duduknya. Dari tadi Marsha sibuk dengan novelnya.

“Ca, kebelet pipis nih. Gue ke toilet dulu ya. Titip handphone,” ucap Aurel kepada Marsha. Walaupun sudah SMA, Aurel tetap memanggil Marsha dengan nama kecilnya. Awalnya Marsha malu, tapi lama-kelamaan ia terbiasa dengan cara Aurel memanggilnya. Marsha mengangguk.

Saat Aurel ke kamar mandi, hp Aurel bergetar. Nama Andi tertera di layar hp. Marsha galau, angkat atau tidak. Ia hanya dititipi hp Aurel bukan untuk dibuka-buka. Tapi kalau tidak dibuka, ini hp ribut. Mengganggu acara baca buku Marsha. Akhirnya Marsha memutuskan untuk mengangkatnya.

“Rel! Lo di mana?”

“Ehm, Kak. Ini Marsha. Aurelnya masih di toilet.”

“Oh, oke. Makasih.” Tuutt...Tuutt.... Sambungan diputuskan dari Andi.

Di sisi lain, Andi berlari menyusuri lorong demi lorong dengan tergesa-gesa. Raut mukanya sangat tidak keruan. Khawatir, sedih, dan perasaan lain bercampur menjadi satu dalam hatinya. Andi berlari menuju toliet cewek kelas XI. Ia berdiri di depan toilet menunggu adiknya. Banyak cewek yang keluar masuk toilet memandangnya dengan tatapan kagum. Bahkan ada beberapa yang berani menyapa Andi. Andi mengambil handphone dari sakunya. Mengirim SMS ke seseorang.

Aurel keluar dari toilet cewek. Ia tersentak saat ada seseorang yang memegang tangannya. Aurel menoleh.

“Ikut gue sekarang.” Andi menarik tangan Aurel hingga ke parkiran.

“Mau ke mana? Kak, kita mau ke mana sih?”

“Kak! Jelasin dulu mau ke mana?” bentak Aurel yang jengah dengan sikap Andi.

Andi melepaskan genggamannya pada tangan Aurel dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, “Mama masuk rumah sakit.”

“Hah?”

Lihat selengkapnya