"Ru, datang ya ke ultah aku," Metha, primadona kelas sebelah menyodorkan undangan berwarna pink norak padaku. Matanya berkedip menggoda, aku tidak menanggapi. Tangan gadis cantik itu masih kubiarkan menggantung dengan kertas pipih itu. Putra tertawa lirih di sebelahku.
"Kapan Met?" Tanya Putra kepo.
"Sabtu besok, kamu juga boleh datang. Kamu kan biasa mengawal Haru," jawabnya tersenyum sinis. Aku tertawa dalam hati. Rasain kamu Put, dianggap pengawalku. Siapa suruh nempel terus hahaha..
"Sialan, sejak kapan aku jadi pengawal Haru!" Protes Putra tidak terima. Metha tidak peduli protes sahabatku itu, dengan manja gadis itu malah mendekatiku, meraih tanganku lalu meletakkan undangan itu di atasnya.
"Sori, aku gak bisa datang. Aku ada acara sama Putra. Iya kan Put?" Tanpa berpikir, Putra mengangguk cepat. Wajah cantik Metha seketika berubah cemberut.
"Aku gak percaya. Pokoknya kalian harus datang, please aku butuh kamu di ultahku ke 17!" Katanya ngotot. 17 tahun, tua banget! Lagian apa peduliku, mau 17 tahun kek, 20 tahun aku tidak peduli.
"Ke kantin Bro, laper!" Kutinggalkan Metha dengan wajah cemberutnya. Putra mengikuti dari belakang, persis seperti yang Metha bilang. Dia pengawalku hahaha...
Metha hanya satu dari sekian gadis yang tidak menyerah mengejarku. Aku tidak peduli, jiwa laki-lakiku jelas menolak gadis agresif seperti dia. Emang aku cowok apaan?
Haru Mahendra, cowok kelas wahid di SMA Widya Wacana. Gak bakal mudah jatuh cinta dengan cewek-cewek seperti Metha.
"Gak suka boleh Bro, tapi jangan kelewat jutek kali!" Tegur Putra setelah kami di duduk di pojok kantin.
"Aku kan kasih kesempatan sama kamu yang naksir dia. Kalau aku mau, entar kamu patah hati." Ledekku menggoda. Putra melemparku dengan daun pisang bungkus arem-arem, yang baru saja masuk mulutnya.