"Kayaknya ada yang gak beres nih!" Sambut Putra begitu aku masuk ke dalam pelataran rumahnya. Senyum liciknya membuatku tertawa.
"Apanya?" Cowok berambut ikal itu mengabaikan pertanyaanku. Peduli amat, biar aja dia berpikir apa yang penting hari ini aku harus bertemu dengan gadis mungil itu.
Aku langsung duduk di bangku teras, tangan sang tuan rumah berkacak pinggang tidak ramah.
"Ono opo to, kok rame banget?" Tanya ibu Putra sambil melongok keluar.
"Ini Bu, Putra aneh."
"Ibu lihat, si kampret ini jadi suka banget di sini!" Adu kami serempak, mendengar kami sama-sama ngotot Ibu tertawa. Aku hanya nyengir, si Putra tetap ngotot. Wajahnya tampak tidak suka.
"Kalian ini, kerah bae koyo kucing karo tikus. Kono Put, jare arep persekutuan doa kok durung mangkat!" Perintah ibunya ditanggapi Putra cemberut.
"Lha ini, dia malah ke sini?"
"Aku ikut aja!" Sahutku enteng. Memang itu yang aku mau.
"Ya udah, sana jalan. Sudah mau jam lima lho..nanti telat lagi!" Perintah ibu Putra lalu berbalik masuk ke rumah.