Waktunya pulang sekolah, seluruh SMA Binus pun bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Tiffany yang sudah mempunyai jadwal untuk pertama kalinya berkumpul dengan ekskul basket yang ada disekolahnya.
"Jangan lupa di lapangan basket kumpulnya," ucap Raka mengingatkan Tiffany.
"Iya," jawab Tiffany sambil membereskan buku-bukunya.
Setelah selesai semuanya, Tiffany pun segera pergi ke lapangan.
"Lo yakin, Tif mau kesana?" tanya Sabrina dia takut sahabatnya di kerjai oleh Raka dan teman-teman basketnya.
"Iya, gue yakin," jawab Tiffany.
"Gue khawatir Tif, enggak usah ya," tahan Sabrina.
"Tenang Sab, gue bisa jaga diri," ucap Tiffany meyakinkan Sabrina. "Udah ah lebay banget, kayak mau diapain aja guenya," lanjut Tiffany. Sabrina hanya nyengir.
"Yaudah deh gue duluan ya, udah di jemput," pamir Sabrina yang dibalas anggukan oleh Tiffany.
************
"Rak, lo yakin mau ngerjain Tiffany?" tanya Randy, yanh sedikit khawatir.
"Iya, lah, biar seru," jawab Raka dengan senyuman jahatnya.
"Rencananya apa nih, Rak?" tanya Ghani, salah satu anggota team basket SMA Binus.
"Nanti lo liat aja, pasti seru," jelas Raka.
"Gila lo," ucap Randy. Raka hanya diam tidak menanggapi.
Anak-anak basket yang lain hanya menuruti semua perkataan Raka, ssmua rencana yang di buat Raka sudah matang dan tersusun rapih.
"Inget ya, tugas lo pada," ucap Raka mengingatkan. Semuanya hanua mengangguk.
Beberapa saat kemudian Tiffany pun datang dan menghampiri gerombolan cowok-cowok anak basket itu, sekitar 7 orang.
"Gimana udah siap?" tanya Raka memasang wajah tidak sukanya.
"Udahlah, buktinya gue udah disini," ucap Tiffany.
"Oke, gini kalau lo mau masuk ke team basket cewek, lo harus ngelewatin banyak persyaratan," ucap Raka.
"Bentar, gue kan mau masuk ke tim cewek, kenapa tim ceweknya enggak ada malah cowok semua?" tanya Tiffany curiga.
"Kebetulan mereka ada latihan dan gue peringatin semua yang mau masuk ke tim basket cewek kek cowok kek tetep ya ngujinya gue, dan tim cowok-cowok," jelas Raka.
"Ok," ucap Tiffany memasang wajah beraninya. "Terus apa persyaratannya?" tanya Tiffany masih memasang wajah yang sama.
'Perasaan gue enggak enak nih, berani Tif, lo harus berani, demi hobby lo,' batin Tiffany yang sedikit khawatir.
"Kenalin, gue Ghani gue wakil ketua ekskul basket," ucap Ghani dengan nada dinginnya. "Lo yakin mau masuk ekskul basket?" tanya Ghani meremehkan.
Randy yang melihatnya tidak tega padahal baru tahap awal.
"Iya, gue yakin," jawab Tiffany, dengan nada ragu. Bodoh! Kenapa dia saat ini terlihat lemah padahal masih awal.
"APA? YANG KERAS JAWABANNYA?" bentak Ghani. Good luck Ghani aktingnya.
"Iya, yakin," ucap Tiffany kenapa dia jadi merasa takut karena di bentak, karena sebelumnya tidak pernah ada yang membentak dia sama sekali.
Ghani mendekatkan wajahnya ke Tiffany. "KALAU LO YAKIN, KENAPA JAWABANNYA GUGUP? BERARTI LO ENGGAK YAKIN LO MAU MASUK SINI," ucap Ghani masih dengan membentaknya, sebenernya dia tidak tega karena, menurutnya wanita ini baik.
"Iya, gue YAKIN, mau gabung di ekskul ini," ucap Tiffany yang mulai kesal.
"Oke, apa alasan lo mau masuk ke ekskul basket? Emang ada bakat lo di basket?" tanya Raka meremehkan. Mungkin mulai hari ini meremehkan adalah hobby Raka, tapi hanya meremehkan Tiffany.
"Karena gue bisa main basket," jawab Tiffany dengan santainya.
"Yaelah kalau bisanya cuman masukkin ke ring atau ngedribble doang, bocah SD juga bisa kali," ucap Kelvin salah satu anggota basket tersebut.
Mendengar ucapan leleaki itu, Tiffany tidak suka, dia tidak suka diremehkan.
"Kok lo, sombong banget sih? Emang lo sejago apa sih?" tanya Tiffany memasang wajah tidak suk ke Kelvin.
"Wey, kok lo jadi nyolot?" tanya Raka.