Tiffany dikamarnya merasa bingung, kenapa dia harus bohong ke Papinya kalau ikutan ekskul basket disekolah barunya sangat menyenangkan padahal tidak sama sekali.
"Aduh, kenapa gue harus bohong si, pastikan nanti Papi nanya sampai mana ekskul basketnya, gue kan bingung kalau enggak ngelanjutin buat masuk ekskul basket, nanti di tanyain, kalau dilanjutin masuk ke prosesnya nyebelin banget," monolog Tiffany sambil membuka laptopnya.
"Isshhh, nyebelin banget sih tuh Raka, terus gue harus gimana biar gue bisa masuk ke ekskul basket," geram Tiffany. Tiffany pun tampak berpikir.
"Oiya, telpon Sabrina, iya Sabrina siapa tau dia bisa bantuin gue," ucap Tiffany yang langsung mengambil handphonenya yang ada di nakas sebelah kasur.
Tiffany pun mencari nomer Sabrina dan segera menghubunginya.
"Hallo, Sab, lo sibuk enggak?" tanya Tiffany.
"Enggak kenapa?" tanya Sabrina.
"....."
"Oiya gimana tadi asik enggak?"
"Asik apaan, yang ada gue pingsan di lapangan,"
"Kok bisa?"
"Yang lu pernah bilang ke gue dia mainnya fisik coy, masa gue disuruh keliling lapangan basket 20 keliling, mana kuat gue,"
"Tuh kan udah gue bilangin, lo nya sih ngeyel,"
"Tapi gue enggak mau nyerah, gue mau nunjukkin ke dia kalau gue lebih jago dari dia, belagu banget tuh si Raka,"
"Terus lo sekarang mau gimana?"
"Ya, gue maksa Raka lah buat gue gabung di ekskul basket,"
"Pasti dia macem-macem Tif, lo tau sendiri pertama kali aja udah kayak gitu, gimana lo maksa bisa tambah jadi dia ngerjain lo,"
"Iya juga sih, tapi gue enggak bakalan nyerah,"
"Tapi gue penasaran sama lo, kok dia kayak enggak suka banget sih sama lo, emang ada apa sih?"
"Iya, jadi sebelum gue masuk ke Binus, gue ketemu dia di toko buku, dan disana kita ketemu dan cekcok gitu,"
"Cekcok gimana?"
"Iya kita berdua berebutan bola basket, terus gue ngalah, gue lempar tuh bola basket ke itunya dia udah gitu nginjek kaki dia,"
"Anjir, parah banget, pantesan aja dia enggak suka banget sama lo,"
"Lagian nyebelin banget,"
"Yaudah terus lo mau ngelakuin apa?"
"Enggak tau sih, coba aja besok, intinya gue maksa dia buat gue masuk ke ekskul basket,"
"Kalau dia macam-macam sama lo gimana?"
"Bodo amat deh, gue lakuin,"
"Yaudah terserah lo aja deh,"
"Yaudah deh gue mau tidur bye,"
"Bye,"
Tiffany pun memutuskan teleponnya. Dan segera beranjak tidur.
🏀🏀🏀🏀🏀
Raka pun sudah siap dengan baju seragam sekolahnya dan tidak lupa juga membawa seragam basketnya, karena hari ini dia ada latihan basket untuk tanding pada hari minggu ini melawan SMA Postas. Tetapi sebelumnya dia akan latihan untuk lomba Bahasa Prancis. Raka pun turun dari kamarnya menuju meja makan.
"Selamat pagi," ucap Raka kepada semua keluarganya yang sudah berada dimeja makan.
"Pagi," jawab mamahnya.
"Bang, gue berangkat sama lo ya, soalnya Papah enggak bisa nganterin," pinta Sadikah.
"Kenapa enggak bisa? Biasanya selalu semangat buat nganterin lo," tanya Raka sambil menyendok nasi gorengnya ke piring.
"Enggak tau, kenapa Pah?" tanya Sadikah kepada papahnya.
"Ada meeting, di Bandung, jadi harus berangkat jam setengah tujuh nanti," jelas papahnya sambil meneguk kopinya.
"Oh meeting, dikira ngapain," ucap Raka dingin sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
"Iya meeting," ucap papahnya.
"Raka enggak percaya," ucap Raka masih dengan nada dinginnya.
"Emang kenapa sih bang? Perasaan kalau dilihat akhir-akhir ini abang judes banget sama Papah?" tanya Sadikah yang kebiasaan keponya muncul.
"Kalau dia enggak memulai duluan, gue enggak bakal kayak gini," ucap Raka yang menatap intens adiknya. "Kalau ditanya kenapa? Tanya aja sama orangnya," ucap Raka yang langsung meneguk air putihnya dengan 3 tegukan.
"Udah yok berangkat udah jam enam lewat dua puluh," ajak Raka kepada Sadikah, Raka pun langsung pergi keluar untuk memakai sepatu.