***
Pagi berlanjut, kelas 12 MIPA 2 di taburi hal yang baru. Benar, murid baru yang masuk di pertengahan semester.
“Pak Nanang tadi bawa murid baru ke sekolah,” lagi-lagi gossip dimulai, Inez yang mendahului duduk siap di bangkunya.
“Anak baru mungkin?” Timpal Aulia malas. “Cowok? Cakep gak?” Tanya Bella semangat.
“Dasar, mikirin cowok mulu. Ujian di depan mata, woy.” Tegur Ismi tiba-tiba merespon. “Hmph!” Bella tak setuju dengan tanggapan Ismi yang nyatanya dia menggoda Bella duluan.
“Pak Nanang, sama Pak Lutfi otw!” Sentak Rehan mengagetkan yang lain, tanpa disuruh lagi mereka sudah kembali ketempat duduk masing-masing.
Setelah itu, Pak Nanang masuk terlebih dulu baru disusul Pak Lutfi. Lalu yang terakhir cowok, murid baru.
“Maaf, anak-anak. Bapak mengganggu waktu kalian sebentar dari belajar paginya anak-anak. Jadi bapak kesini sekedar memperkenalkan murid baru yang barusan datang dari Jakarta untuk bisa menjadi temannya anak-anak sekalian. Dengarkan dulu ya, anak-anak.” Jelas Pak Nanang dengan kebiasaannya yang selalu menambahi kata ‘anak-anak’ di setiap kalimatnya.
Sampai Arkan ataupun Ghaida sering adu hitung berapa kata ‘anak-anak’ yang mereka dengar dari pak Nanang di waktu yang berbeda. Kelakuan mereka bisa dibilang gak ada akhlak tapi ini benar-benar seru, dan menjadi bahan candaan tersendiri.
“Nama saya, Saga Castellar. Maaf sebelumnya karna saya tidak mendapat seragam lebih awal, jadi saya pake seragam sekolah yang lama. Saya dari Jakarta, mohon kerja samanya.”
Gelagat dan juga nada bicara yang terlihat jelas kalau ia sangat gugup, tapi ia berhasil menutupinya. Cowok berambut cokelat gelap, mata hazel, dan hidung mancung. Ia mungkin akan bersejajar dengan most wanted sekolah.
“Karena ada murid baru, kalian jangan main bully seenaknya.” Tegur pak Lutfi setidaknya ambil cakap daripada berdiam diri di tempat.
“Siap Pak!”
“Kecil itu, mah.”
“Aulia juga murid baru, pak. Tapi jadi biasa aja kan?”
“Hahah, seru nih punya temen baru pas udah mepet lulus.”
Dalam hitungan detik, mereka menyahuti tanpa peduli kalau tidak akan didengarkan pak Lutfi. Saga, tersenyum menatap depan. Elza sibuk mengamati rompi yang ia gambar di sketchbooknya sadar kalau gambar rompi itu sudah usang sampai warnanya pudar dan perlahan hilang.
“Za, rompi dari sekolah lain.” Lila menyikut Elza, yang sebelumnya tak peduli dengan siapa yang didepan sana.
Mendengar rompi disebut, spontan ia mendongak. Mendapati Saga berseragam rompi lengkap.
“Hah?!” Pekik Elza, lupa kalau di depan sana ada kedua petinggi sekolah. “Bego lo, Za!” Rutuk Elza langsung menunduk malu, sudah gitu Saga tepat di depan jauh sana memperhatikan siapa yang tidak minat dengan kedatangannya.
“Siapa itu?” Tanya pak Lutfi merasa terganggu.
Saga tersenyum pada Elza, merasa tertangkap basah. Elza menggeleng cepat, berharap cowok di depan sana mengerti untuk tidak mengadu.
“Maaf, pak. Udah masuk jam kedua.” Sela Azwir dari bangku depan Elza. Bagus, untung ada yang peka sama jam kelas.
“Ah, benar. Baiklah anak-anak. Bapak akan mengakhiri pertemuan kali ini bersama anak-anak. Untuk kedepannya kalian bisa lebih akrab dengannya dan juga dengan anak-anak lain, ya anak-anak. Oh, bapak hanya mengingatkan sekilas pada anak-anak. Kalau karantina Jogja CUP kurang dari lima hari lagi akan dimulai. Jadi untuk setiap anak-anak yang mengikutinya harap bersiap-siap. Jangan terlalu memaksakan diri, ya anak-anak. Baiklah, setelah ini anak-anak akan di isi dengan pelajaran apa?” Pak Nanang masih berdiri memperhatikan seisi ruang kelas yang cukup sederhana.
“Math!”
“MTK, pak!”
Sahut mereka bersemangat, karna mau bagaimana pun jam pelajaran itu sudah tinggal tersisa sepuluh menit lagi. Mereka keluar setelah memberi Saga tempat duduk di belakang bagian tengah. Tepat dua bangku di belakang Elza.