A-Teen

Zzardna
Chapter #20

10. Tak terduga

***

Seorang lelaki dengan berjambul cetar membahana berjalan tegas melewati lobi. Tatapan tajam dan menusuknya malah membuat dirinya semakin digilai para wanita.

“Woy! Topi gue, sialan!” Entah dari mana datangnya, tiba-tiba segerombolan lelaki sudah berada di hadapan Arnanda dengan senyum menyebalkan. “Serem ketawa lo,” ucap Arnanda.

“Lo kira gue kuntilanak?” Vicki menggeram tidak terima.

“Lo bukan cuma kuntilanak, tapi penunggu orang-orangan sawah.” Tawa Arkan pecah seketika saat dia mendengar ucapannya sendiri.

“Njing, makan gih.” Ajak Aska.

“Ogah, mau menangin level nih.”

“Buset, lo betah gak sarapan? Manusia gak sih lo, njir?” Fahreza menggeleng-gelengkan kepala, heran dengan temannya ini.

“Tinggal manfaatin aja jongos gue, mumpung masih ada jatah hari.” Cengir Arnanda berjalan berlawan arah.

“Manfaatinnya jangan kelewatan, ntar terlanjur nyaman malah susah lepas.” Goda Rehan, dibalas lirikan acuh dari Arnanda sebelum sempurna hilang di balik tembok.

Mereka tetap berjalan menuju aula makan, sudah hal biasa kalau tempat duduk mereka sudah di sediakan oleh teman baru dari SMA ataupun club lain.

“Vick, disini. Hehe, buat yang kemarin thanks yo.” Fairuz sudah menyambar lengan Vicki sebelum direbut cewek lain.

Disebelahnya ada Elza yang bersungut kesal, pasalnya ia harus menyerahkan tempat duduknya pada Vicki karna Fairuz yang memaksa. Ia pun berdiri tak ambil peduli, toh sebentar lagi dirinya akan menerima perintah dari majikannya.

Iye, kenapa?” Vicki mengikuti tarikan Fairuz, kali ini ia lebih ingin memperhatikan gebetannya. karena setelah kejadian di UKS yang menjadi bahan obrolan kali ini, dan juga cara menjaganya lebih terbuka dari sebelumnya.

“Hish, serasa dunia milik berdua.” Lila hanya tertawa kecil melihat kepergian Elza setelah bergumam tak jelas. “Ada saatnya juga lo bakal ngerasain kayak gitu,” timpalnya tak digubris.

Fairuz sempat kikuk, tak percaya kalau ia akan mendapat perhatian dari Vicki yang sudah di damba-dambakan dari dulu. “Tangan lo masih sakit?”

Lengan Fairuz ditarik lembut untuk memeriksa tarikan Delan kemarin. “Enggak... Ah, itu. Gue minta maaf,” Fairuz yang ini bukan seperti Fairuz yang biasanya, ia gugup. Vicki memasang wajah bingung dengan menyelipkan senyum kecil menanti.

“Maaf?”

“I-iya, gue minta maaf. B-buat pas gue-deket, sama- De-lan. Ntu...gue bener-bener minta maaf,” Vicki semakin mengukir senyum hampir menertawakan kelakuan Fairuz yang malu-malu.

“Hadeeh, gue jadi nyamuk nih. Duluan yo,” Lila belalu pergi, sedaritadi pikirannya tengah berkelana jauh tapi pemandangan di depannya sama sekali tidak mendukung.

Lila memilih kembali ke kamar, bersiap latihan. Sepanjang pagi ini, otaknya hanya diisi bayangan mimpi yang masih terngiang jelas.

Di dalam kamar sudah ada Elza dan temannya yang lain. Jujur saja, Elza sangat ingin menanyakan tentang apa yang Lila mimpikan. Sampai namanya dipanggil-panggil histeris, tapi melihat Lila yang hari ini banyak diam daripada hari biasanya. Ia tak lagi ingin mempertanyakannya, mungkin Lila sendiri butuh waktu untuk mencerna mimpi itu.

Perjalanan latihan pagi sebagian besar sudah berangkat, Elza dan Lila pun baru saja keluar. Lain lagi kalau Ghaida dan Izzul yang harus di siram amarah Nabila setiap pagi.

“Za, Lil! Kalo perut keram, mual, diare. Ntu sakit apa, hah? Terus harus di gimanain? Kalo badannya juga keringat panas dingin kudu gimana? Di kompres atau di buka biar panasnya nguap? Bangke, otak gue lagi keluyuran.” Cerocos Fairuz menyentak mereka diiringi umpatan merutuki dirinya.

Elza yang mendengarnya masih memproses.

“Hah? Kok tiba-tiba?”

Lihat selengkapnya