***
“Sekarang mereka gimana ya?" Cicit Lila dengan suara bergetar dan mata memanas setelah Fairuz menjelaskan kejadian yang ia alamai.
Kontan yang lain menjadi salah tingkah.
“Eh, sekarang Si Delan sama temen-temennya gimana ya? Bakal di-DO kayaknya.” Potong Neysa dan Fahreza bersahutan cepat agar fokus Lila dan Fairuz teralihkan.
“Tapi mereka kan Club,” balas Lila sambil mengerjapkan matanya berkali-kali.
Perasaan khawatir masih melandanya, bagaimana keadaan mereka? Apa sahabat dan teman-temannya itu baik-baik saja? Apa cedera yang Aska alami itu parah? Apa Elza bisa kembali seperti sebelumnya?
Semua kemungkinan buruk melintas di benaknya. Ia kembali menutup wajahnya dan menangis terisak, suasana hatinya menjadi kacau lagi. Mengingat dirinya yang jarang bersikap lembut pada Aska, dan ia menyesal karna baru menyadari perasaannya yang baru-baru ini tumbuh.
“Aduh, Lil. Kok nangis lagi?” Zahra kembali bingung dengan sikap Lila.
“Kita ikutan baper nih,” celetuk Firdiv yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia menoleh dan menatap Nadhif yang kini juga menatapnya. Cowok itu meletakkan telunjuknya dibibirnya, mengisyaratkan Bahwa Firdiv lebih baik diam. Takut tangisan Lila lebih dahsyat lagi.
Tetapi memang, tangisan Lila seolah menyayat hati mereka, terutama yang perempuan.
Zahra, perasaan cewek itu menjadi cemas. Ia menatap Fatur lekat, bersyukur bahwa lelaki itu baik-baik saja.
Kemudian Nabila menatap ponselnya gelisah. Ia jadi merindukan Djundi. Apa dia baik-baik saja di luar sana?
Fairuz yang masih terdiam itu tidak lagi menangis atau bagaimana, ia tengah bingung dengan apa yang barusan ia ceritakan.
Karena ia tak pernah bertemu Lila atau Elza lagi setelah kejadian itu. Seakan ia sengaja melarikan diri dari kenyataan, dan menghilang tanpa jejak. Sampai jenjang SMP yang mempertemukan mereka kembali dan sampai saat ini.
Kemana saja ia pergi? Apa yang ia lewatkan? Kenapa ia tak mengingat kalau ia punya sahabat? Dan kenapa harus pertemukan Vicki lebih dulu dari pada Elza dan Lila? Perasaan Fairuz gundah, tak mengerti dengan alur hidupnya yang dulu.
“Oh, iya. Kan mereka club, emang ada hukum DO disana?” Sahut Kayl masih mempertahankan topik yang tadi.
“Saga mungkin yang dikeluarin dari Binusvi,” Azwir berdecak, malah mendapat senggolan keras dari Izzul.
“Ilah, sakit, njing.” Latahnya meringis.
“Ngapain lo bawa-bawa Saga? Dia yang bantuin Elza kan?” Izzul berbisik, meski suara mereka masih terdengar di dalam mobil yang sempit ini.
“Lah, Saga kan dalangnya. Kenapa jadi elo yang sewot?”
“Emang ada buktinya?” Cerca Izzul tak mau kalah. Azwir mengangkat bahu tak mau menjawab dulu, mereka sama-sama belum tau siapa dalang sebenarnya dari ini.
Persiapan pulang sudah di selesaikan dengan cepat. Lila dan Fairuz sudah selesai lebih dulu, sekarang mereka terus menanti di lobi harap-harap mendapat kabar dan langsung bisa meluncur kesana.
Pak Heri dan pelatih lain tengah mengatasi kekacauan ini sebisa mungkin, mereka langsung menghubungi orang tua yang bersangkutan.