Teror telepon dan pesan singkat mempercepat langkahku melewati koridor sekolah Sean.
Wali kelas Sean, Bu Greta, sejak sejam yang lalu menghubungi melalui ponselku, meminta untuk bertemu membahas nilai Sean selama satu semester kebelakang.
Pertemuan yang dihadiri para orangtua murid dengan wali kelas masing-masing, sebenarnya sudah selesai sejak satu jam yang lalu.
Namun, padatnya pelanggan yang datang untuk berbelanja di toko swalayan tempatku bekerja, membuatku harus menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu.
Kasihan, jika meninggalkan Andy dan Sheila ditengah-tengah keramaian para pelanggan. Sementara Mery tidak bisa masuk karena sakit.
Setelah selesai, baru aku mendapatkan izin dari pemilik toko untuk pergi ke pertemuan yang diadakan di sekolah Sean.
Dari jauh, indera pengelihatanku menangkap tubuh Sean yang berdiri seorang diri di taman kecil yang berada di depan kelasnya.
Ia terlihat sibuk memetik bunga asoka jingga kemerahan yang tumbuh subur di halaman kelasnya.
Tangan kanannya menarik bagian dalam bunga yang mirip seperti helaian benang hingga memunculkan setetes nektar pada ujung bagian bunga.
Sean, menghisap dalam-dalam bagian ujung bunga asoka yang dipegangnya.
Tingkah Sean mengingatkanku ketika aku masih anak-anak yang sering memetik bunga asoka yang tumbuh di perkarangan rumah orangtuaku yang lama.
"Sean!" Panggilku.
Sean menolehkan kepalanya dan setengah berlari menuju kearahku.
Kedua tangannya melingkar erat kebagian pinggangku.
Bibirku mengecup dalam belahan rambutnya yang berwarna hitam dan tebal, seperti rambut ayahnya.
"Bu Greta, masih ada di kelas?" Tanyaku pada Sean.
"Ada!" Jawab Sean cengengesan.
Tanganku memutar tubuh Sean yang menolak untuk masuk ke dalam kelasnya.
Dengan sedikit memohon pada putra sulungku, akhirnya Sean mau mengikutiku kembali ke kelasnya.
Di kelas, Bu Greta tengah duduk di kursi guru yang berada di sisi kanan papan tulis.
Ia begitu tenggelam bermain gawai, sampai-sampai tidak menyadari keberadaanku dan Sean yang berdiri di ambang pintu kelas yang setengah terbuka.
'Tok ... Tok ... Tok!' suara jemari-jemariku mengetuk daun pintu coklat yang tertutup disisi kiriku.
"Selamat siang!" Sapaku ramah sembari melemparkan senyum pada wanita yang kutaksir usianya sekitar 40-an tahun.
Bu Greta yang menyadari, segera mengangkat jari-jarinya dari layar datar berbentuk persegi panjang yang berada di genggamannya.
Kepalanya menoleh kearahku dengan tatapan datar dan kemudian membalas salamku.
"Selamat siang! Silakan masuk!"
Bu Greta meletakkan gawainya diatas meja dan mempersilakan duduk di kursi kosong yang ada di depannya.
Untuk mempersingkat waktu, aku tidak menjelaskan kembali alasan keterlambatanku kepada Bu Greta. Karna kami sudah membahasnya saat kami berada di sambungan telepon.
Bu Greta menarik nakas yang berada dibagian bawah mejanya dan mengeluarkan sebuah map berwarna merah marun, ketika aku duduk di kursi yang telah tersedia sebelum aku memasuki ruang kelas.
Sedangkan Sean, berdiri agak jauh dariku untuk melihat-lihat buku yang terletak di pojokan ruangan.
Bu Greta mengeluarkan secarik kertas berwarna putih susu dari map dan menyodorkannya kepadaku.
LAPORAN HASIL PENILAIAN SEMESTER 1