Iremia

Hora
Chapter #3

Segel Ketiga - Gloomy Night

Hari ini tidak terlalu baik, sebab kami harus terkurung di ruangan paling membosankan. Dilarang berisik, tidak boleh membawa makanan, fokus, katanya jangan bersandar di meja. Kalau dihitung, kami hanya sekali dua kali datang kemari itu pun karena terpaksa.

Kalau saja nilai ujian sejarah kami tidak merah, dapat dipastikan aku, Amy, dan Flora sudah duduk manis di kedai dekat kota, menyantap kudapan musim dingin sambil menghangatkan tubuh dalam sauna. Sialan, bisa-bisanya Ketua dan Selena lolos dari momok menyebalkan ini.

Gontai, kupaksa tubuh ini menyusuri rak-rak buku setinggi kepala orang dewasa. Hamparan buku berjejer rapih dari atas ke bawah, samping kiri ke kanan. Aih, entah bagaimana bisa tempat monoton ini disebut surga bagi kutu buku yang rata-rata seorang introvert

Kami saling lempar pandang, tidak tahu buku mana yang bisa dijadikan referensi untuk makalah mandiri esok. Semua tampak sama. Aku, Amy, dan Flora mengambil asal sampul buku yang pertama dilihat lantas membawanya ke meja untuk dihancurkan. Ah, bukan, maksudku dibaca.

Baru sepuluh menit, tapi rasanya sudah seperti dua jam. Demi kulit kerang ajaib, bisakah aku dipulangkan saja? Kenapa jam terasa lama sekali. Aku menatap iba pada Amy juga Flora yang ternyata mengalami hal sama. Percayalah buku sangat tidak cocok dengan kami.

Sund- Ah … Friday is gloomy, dearest the shadow. I Live with are, are …,” Amy dan Flora menatap horor padaku. 

“Apa?!” sambungku sedikit kesal. Amy memukul buku setebal lima inch pilihannya. Aw, apa mereka kesal karena aku tidak bisa menghafal lagunya? Wajar saja, bukan? Aku baru saja mendengarnya siang tadi.

“Lagu apa yang kau nyanyikan barusan, huh?!” Amy angkat bicara mengabaikan kesakitanku. 

“Mana kutahu, aku mendengarnya saat cuci muka di toilet sekolah,” jawabku ringan.

“Apa kau juga mendengar lagu itu Amy? Kumohon, katakan tidak,” sambar Flora membuat wajah Amy berubah pucat, ia mengangguk mantap setelah berhasil mengatasi keterkejutannya, kurasa. “Oh my god!" Flora terlihat sedikit frustasi.

“Apa, sih? Kenapa wajah kalian seputih pipi bayi?”

“Oh, ayolah Cozzy, bisakah sehari saja kau tidak menjadi bodoh? Kami mendengar lagu yang sama. Aku mendengar nyanyian itu juga sesaat menjelang tidur,” jelas Amy. “Well, ini agak sedikit aneh. Benarkan, Flora?” Gadis itu mengeluarkan kata ‘Yep’ sebagai jawaban.

“Kalau diperhatikan, seharian ini Ketua juga bersikap aneh. Entah mengapa ia terlihat murung dan lebih pendiam. Oh, ya ampun! Jangan-jangan artikel yang sempat kita baca beberapa waktu lalu benar? Anak haram itu mendatangi kita?! Bagaimana ini, bukankah Ketua dan Selena harus segera diberitahu?”

Flora, gadis dengan bandana merah disurainya berusaha menenangkan aku yang mulai histeris. Selain itu, tidak ada yang mau mendapat teguran dari Bu Rikka, si penjaga perpustakaan yang galak. Kuhela napas panjang, kami kembali berusaha fokus pada buku bacaan setelah diberondong ‘syut’ dari beberapa siswa dan siswi kaum tidak normal. Bisa-bisanya salah satu dari mereka mengancam akan melaporkan pada tante-tante berbadan krempeng itu. Lihat saja nanti, lepas ini ia akan menjadi bulan-bulanan kami!

Sebab terlampau bosan, aku dan Amy sepakat untuk kabur sedang Flora berusaha bertahan, tak berani ambil risiko dimarahi orang tuanya. Dia bilang akan pulang satu jam lagi, ia ingin remedialnya besok berjalan lancar.

***

Dentang 'tik' dari arloji ini membuatku gusar. Sudah lebih dari waktu yang dijanjikan, tetapi si kutu buku dadakan itu belum jua muncul batang hidungnya. Kakiku sungguh sudah begitu lelah berdiri sejam lebih di pinggiran halte ini dan melewatkan beberapa bus yang menjemput, bersama Amy. Gadis bersurai sakura itu begitu asyik mengetik sesuatu di ponselnya semenjak kami memutuskan untuk menunggu Flora, wujud solidaritas katanya, dan sesekali dia tersenyum tanpa sebab, kadang terkekeh. Cih, pasti dia sedang berbalas chat dengan kekasihnya. Sialan, kau mengkhianatiku, Amy.

Bosan sebab menunggu manusia ngaret yang tak kunjung muncul pun tak ada teman bicara, aku membuka tasku, niat mengambil ponsel dan memainkan beberapa games di sana, dan di saat itulah benda yang lebih penting dari hidupku, tidak berada di tempatnya.

Mampus…

Lihat selengkapnya