My Part Time Job as an Assassin

alcyon2011
Chapter #2

2. Ayasa Grey

Waktu menunjukkan pukul delapan pagi ketika Ayasa sudah mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Dipandangnya cermin, rambut jingganya yang diikat model twintail terlihat manis, selaras dengan warna seragam lengan pendek musim panas yang dia kenakan. Sebuah tas jinjing berisi beberapa catatan diambilnya sekaligus tablet yang tergeletak di sampingnya.

Keluar dari kamar dikuncinya pintu apartemen. Dilangkahkan kaki ringan menuju kamar Miku Hiyazawa, sahabatnya yang tinggal tepat di lantai bawah.

Hal yang paling disukai Ayasa saat berada di depan pintu apartemen Miku adalah menggedor pintu kencang-kencang seakan-akan ada kebakaran. Biasanya selanjutnya akan terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa menuju pintu untuk selanjutnya terlihat wajah panik dan jengkel Miku, yang menurut Ayasa sangat manis, dimana dia selanjutnya akan mencubit pipi Ayasa saking gemasnya, bagian lain yang digemari gadis itu.

Pintu dibuka dan seperti diduganya, Miku muncul dengan wajah jengkel sekaligus gemas. Dia mencubit pipi Ayasa yang diikuti jerit senang gadis itu.

“Apakah aku harus melakukannya tiap pagi?” sahut Miku jengkel. Ayasa hanya meringis memegangi pipinya yang kali ini lumayan terasa sakit.

“Ohayo Mi-chan!”

“Ohayo,” ucap gadis itu masih jengkel sembari mengikat rambut ikal birunya yang tergerai. Dipakainya sepatu dan dikuncinya pintu.

“Yosh! Waktunya berangkat!” tukas Ayasa penuh semangat yang lalu diikuti Miku dengan gelengan kecil melihat kelakuan kekanak-kanakan sahabatnya itu.

Mereka berjalan beriringan melalui jalanan setapak menuju stasiun terdekat, beberapa kali mereka bertemu dengan kelompok anak sekolah dengan seragam yang sama.

Setiap pagi stasiun itu ramai dengan pelajar sekolah maupun mahasiswa, dari anak SD sampai anak kuliahan, karena ada kereta khusus yang stand-by setiap lima belas menit untuk mengangkut mereka menuju kompleks pendidikan Kekaisaran.

Menjelang dekat stasiun seorang gadis menyambut, dia memiliki rambut hitam pendek dengan mata sepekat malam dan seragam yang sama dengan Ayasa.

“Ohayo, Aya-chan! Mi-chan!”

“Ohayo, Fu-chan!” tukas mereka berdua hampir bersamaan.

Fumiyo Balthazar berjalan mengiringi Ayasa dan Miku bersama-sama dengan kelompok lainnya menuju pintu masuk stasiun.

“Seperti biasa Aya-chan selalu penuh semangat!”

“Ya, saking semangatnya sampai-sampai membuatku panik saat mendengarnya menggedor pintu,” ujar Miku sinis. Ayasa tertawa kecil.

Berbarengan, mereka menempelkan ponsel masing-masing ke pemindai untuk memasuki peron, yang lalu bersama rombongan lainnya melangkah menuju lokasi dimana kereta khusus dengan tujuan kompleks pendidikan Kekaisaran berangkat beberapa saat lagi.

“Kau sudah siap dengan ujian Fisika?” ujar Fumiyo saat mereka mendapat sederet bangku kosong. Miku menyebut beberapa materi yang telah dia pelajari semalam. Bagi mereka bertiga, Miku adalah yang paling pintar sehingga Fumiyo tidak meragukan kemampuan gadis itu. Dia malah sebenarnya mengajukan pertanyaan itu kepada Ayasa.

Lihat selengkapnya