Upacara pemakaman baru saja usai tadi sore, namun beberapa tamu masih berdatangan silih berganti ke rumah duka. Banyak kerabat yang berkumpul dan menyambut tamu yang berbela sungkawa ke rumah. Namun tidak bagi Alesha. Ia tidak ingin bertemu siapapun malam itu.
Langit malam masih terus menghujani bumi. Cuaca Bali malam itu begitu buruk. Terjadi hujan badai di beberapa titik dengan disertai angin yang kencang. Warga memilih untuk diam di rumah dan menghabiskan waktu mereka dengan kegiatan minum teh berjamaah, atau menikmati cemilan hangat yang lainnya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hujan malam itu, namun seolah semuanya menjadi cerita lengkap penambah kesenduan yang terjadi di salah satu keluarga. Keluarga Alesha Kamala Gavaputri adalah salah satu yang tengah berduka malam itu karena kakek mereka baru saja meninggal karena sakit.
Alesha mengurung dirinya di kamar setelah dari upacara pemakaman kakeknya sore tadi. Kakeknya adalah sosok yang paling ia cintai dibanding apapun, bahkan ia lebih suka menceritakan kesehariannya kepada sang kakek dibandingkan dengan kedua orang tuanya. Kakeknya mempunyai jiwa semangat yang tinggi, namun ia tidak mengira bahwa sosok hangat tersebut akan meninggalkannya secepat ini. Alesha belum sanggup menerima kenyataan bahwa kakeknya telah tiada.
Gadis itu duduk di salah satu sudut kamarnya, menekuk kedua lututnya dan memeluknya. Ia menangis agak kencang dengan menyembunyikan suara tangisnya disana. Ia tidak ingin anggota keluarganya tahu bahwa ia terlalu kekanakan untuk melepas kepergian kakeknya. Ia tahu bahwa jiwa yang hidup pasti akan menemui kematiannya. Ia tahu kakeknya telah berjuang selama ini melawan penyakitnya. Ia tahu bagaimana senyum hangat kakeknya tidak pernah pudar selama ia sakit. Ia bahkan masih bisa merasakan betapa hangatnya tangan kakeknya ketika Alesha menggenggamnya hingga ia merasakan bahwa kehangatan itu berangsur dingin. Tangis Alesha makin menjadi. Ia membiarkan tubuhnya lemas dengan menangis sepanjang malam agar tak ada lagi air mata yang memberatkan setelahnya, karena bagaimanapun ia ingin kakeknya bahagia ketika bertemu dengan Tuhan.