Malam kembali sunyi dan sepi, namun ada yang berbeda dari Juan. Hatinya bergetar untuk alasan yang belum ia mengerti.
================================
Hal yang paling tidak disukai Alesha adalah tidak dapat berlatih basket di sekolahnya saat ekskul tiba. Pak Samuel telah mengacaukan segala impian indahnya di tahun ajaran baru di kelasnya. Seperti yang dapat diprediksi, ruangan milik Pak Samuel memiliki aura horror yang sangat kental dan biasanya tidak berakhir bahagia. Alesha adalah salah satu siswi yang bernasib kurang baik setelah masuk ke ruangan itu.
Rupanya para guru di sekolahnya sejak tadi tengah membahas tentang dirinya karena ada seseorang yang melaporkan bahwa Alesha telah melakukan aksi liar yang membahayakan siswi lainnya saat pertandingan basket kemarin. Oh apa dunia tengah menutup matanya? Rasanya Alesha sangat ingin sekali menelan semua kepala orang-orang yang telah menuduhnya tanpa alasan dan bukti yang jelas!
“Jadi maksud Bapak, saya telah membahayakan seseorang saat pertandingan basket kemarin?”
Pak Samuel mengangguk tegas dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Di balik kacamatanya, sorot mata tajamnya menatap sosok Alesha yang duduk berhadapan dengannya.
“Saya kira sekolah sudah terlalu baik mengasihanimu kan. Tahun sebelumnya juga, dan tahun sebelumnya juga sama. Kenapa kau tidak bisa hanya dengan bermain basket tanpa mengacau! Apalagi sampai membahayakan seseorang dari tim lawan!”
Alesha mengepalkan kedua tangannya di atas pahanya. Matanya masih menatap balik sorot tajam milik Pak Samuel.
“Apakah Cintya yang mengadukan semua ini? Apa dia juga yang membuat berita bohong ini dan menuduh kepada saya? Saya perlu tegaskan sekali lagi Pak Samuel yang terhormat, sebaiknya Anda dan pihak sekolah menggunakan bukti dan saksi yang jelas jika akan menuntut siswanya atau siapapun itu.”
“Ap—apa katamu!” Pak Samuel berdiri dengan geram. Ia menggebrak meja sebagai pelampiasan amarahnya. Namun nyatanya sosok Alesha tidak menciut karena hal itu. Ia hanya butuh keadilan, namun tidak ia dapatkan disana. “Dengar, mulai hari ini, kamu diskors selama tiga hari dan namamu masuk dalam catatan hitam di sekolah!”
Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar seraya mengambil tasnya yang masih di bangku kelasnya.