Pundi-pundi poin semakin banyak dikumpulkan oleh Raynand dengan mudah. Alesha makin geram. Ia mencoba merebut kuasa dari Raynand, namun tubuh jangkungnya membuat upaya Alesha tampak sia-sia.
==============================
Hari-hari dimana kegiatan Alesha di sekolah mulai kembali. Ia telah selesai menjalani masa skorsing dari pihak sekolah dan telah selesai pula berhadapan kembali dengan pak Samuel. Kali ini, Alesha lebih diam dan tidka banyak bicara di hadapan pria berusia setengah abad itu. Rupanya itu sangat membantunya dalam mempercepat waktunya disana.
“Udah deh mending tahun ini kamu berhenti nggak ikut pertandingan basket itu lagi, Le.” Lynn menjejalkan mulutnya dengan bakso favoritnya. Saat ini mereka tengah duduk makan siang di kantin usai sekolah.
Hiruk pikuk dengan obrolan khas kantin terdengar begitu nyaring. Alesha tidak ingin berkomentar apapun tentang saran yang diberikan Lynn. Ia memang tahu banyak pihak yang akan mendukungnya untuk berhenti dan timerelakan pertandingan basket terakhirnya dengan belajar. Namun Alesha masih menyayangkan akan hal itu. Dia sangat menyukai basket.
“Le??” tanya Lynn, sekali lagi.
“Ah, ya?”
“Kamu ngalamun ya? Ish, dengerin ya. Tahun ini kalau mau selamet, mending ikutin saranku. Kamu bisa menyibukkan diri dengan les atau belajar di rumah misalnya? Kan sebentar lagi ujian.”
“Ya, harusnya begitu, Lynn.”
“Harusnya? Oh Tuhan, apa kau benar-benar ingin menuntaskan penasaranmu sampai tim basket sekolah kita menang?” Lynn tampak kesal. Ia menyedot habis es teh di gelas besarnya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah sahabatnya.
Alesha tampak tidak ambil pusing. Ia masih santai dengan menguyah baksonya. Sampai seseorang datang dan berheni di meja dekat mereka. Alesha tahu, dia bernama Tiara, salah satu tim basketnya.
“Ale! Sumpah ya kamu, bisa-bisanya masih santai disini coba!” Tiara datang dan langsung menyambar es teh milik Alesha. Ia sukses menghabiskan setengah gelas lalu menyeringai lebar.
Alesha tidak ambil pusing dengan kelakuan Tiara itu. Bahkan kedatangan gadis berambut pendek itu tidak mampu membuatnya ikut heboh juga. Ia masih dengan bakso hingga titik kuah penghabisan.
“Emang kenapa Ti?” tanya Lynn yang penasarannya lebih akut dari Alesha.
“Itu, si pangeran kita nyariin kamu dari tadi. Tahu nggak, katanya dia mau ikut gabung ke tim basket putra! Aaaaaaa...!!!!” Percayalah, Tiara heboh sendiri dengan penyampaian berita yang ia sampaikan ke Alesha.
“Terus?”
“Kok terus sih! Ya ayok, samperin!” Tiara udah menarik tangan Alesha untuk mengajaknya berdiri. Mau tidak mau, Lynn akhirnya mengekor dua makhluk yang nggak jelas itu.
* * *
Suasana tampak riuh rendah. Beberapa siwa dan siswi tengah berkumpul di tepi lapangan. Itu adalah lapangan indoor, tempat biasa tim basket Tunas Jaya untuk berlatih saat ekskul. Hari ini adalah jadwal mereka latihan, tetapi bukan itu yang menjadikan magnet bagi mereka untuk berkumpul. Seorang lelaki dengan tinggi yang menjulang, rahang dan dagu yang tegas dan sorot mata yang tajam itu tengah berada di lapangan basket.
Tentu ini menjadi pemandangan yang menarik, mengingat dirinya adalah ikonik di ekskul renangnya. Lalu sedang apa lelaki itu disini?