My Pilot Loveholic

San
Chapter #2

Chapter #2

Kerumunan orang tengah memadati bandara I gusti Ngurah Rai. Entah mengapa siang itu bandara agak ramai, mungkin karena bertepatan dengan weekend. Sehingga orang-orang berbondong mengunjungi Bali untuk menghabiskan libur pendeknya.

Seorang lelaki berpakaian hitam dengan jaket denim berwarna biru tua berjalan santai berbaur dengan orang sekellingi menuju pintu keluar. Salah satu tangannya menggenggam ponsel dan tangan lainnya menyeret koper hitam berukuran sedang, itu Jaydan. Dia memandang sekeliling lobi mencari sahabatnya yang berjanji akan menjemputnya siang itu. Sementara gerakan bibirnya menandakan sedang berbicara dan tersambung dengan orang di tempat yang berbeda.

"Harusnya gue yang tanya! Lo ada dimana?" Kesalnya pada seseorang di seberang sana. Jaydan sedang melakukan panggilan menggunakan earphone yang sejak tadi bertengger manis di kedua telinga.

"Gue ada di depan." Jawab orang di seberang sana.

"Anying, gue juga tahu lo ada di depan, tapi sebelah mananya. Lo kira di bandara cuman gue sama lo aja, banyak orang woi." Kesal Jaidan.

Dengan wajah lelah dan lingkar mata yang menghitam, Jaydan masih celingak-celinguk mencari keberadaan Theo.

"Sorry-sorry" diiringi tawa ringan Theo "Gue di sebelah kiri, mobil warna hitam."

"Dari tadi kek," Jawab Jaydan lalu memutuskan panggilan itu secara sepihak.

Jaydan langsung melanjutkan langkahnya ke mobil yang beberapa saat lalu sempat dilihatnya. Kaca mobil terbuka setengah menampakkan Theo dengan wajah tampan, laki-laki itu mengenakan kaos putih serta kacamata hitam yang bertengger manis di pangkal hidungnya. Salah satu tangan melambai menyapa Jaydan seolah keduanya lama nggak bertemu, padahal baru dua minggu lalu mereka makan bersama.

Ketika hampir dekat dengan mobil Theo, Jaydan yang menyeret koper itu harus menghentikan langkahnya saat seseorang wanita berambut pirang tanpa sengaja berjalan tergesa-gesa dan menabraknya.

"Astaga, nggak bisa hati-hati kalau jalan." Umpat Jaydan, tangannya dengan sibuk membersihkan percikan minuman yang tumpah dan mengenai lengan jaketnya. Kotornya nggak seberapa, tapi kalo mengingat itu barang favorit, apalagi buat ngedapatinnya butuh perjuangan, wajarkan Jaydan marah?

Jaydan itu sebenarnya bukan tipikal orang yang suka marah-marah. Jaydan juga bukan bagian dari GGG - ganteng ganteng galak. Hanya faktor kelelahan yang membuat laki-laki itu sedikit sensitif layaknya wanita yang sedang PMS.

Jam terbang yang padat membuat Jaydan sangat kelelahan, karena baru dibebas tugaskan setelah dua minggu penuh. Jaydan semalam juga kurang tidur dan baru bisa merasakan rebahan di ranjang jam 2 pagi, setelah minum dan mengobrol panjang dengan Netta. Itupun dia tak kunjung terlelap tidur. Kemudian, jam 9 pagi Jaydan harus berangkat ke Bali untuk undangan pernikahan teman SMA. Jangan heran kalau Jaydan berada di mode sensitif, kena senggol dikit siap-siap aja buat baku hantam.

"ckk, padahal baru gue pakai." Keluh Jay.

"Ma... maaf ya, gue lagi buru-buru banget, taksi udah nunggu dari tadi." Kata gadis berkuncir kuda itu sembari memasang wajah panik.

Jaydan berdecak kesal, jaket denim terbaru miliknya dari brand ternama baru saja ternoda. Ia beralih menatap gadis dihadapannya.

Namun tak ada angin tak ada hujan tahu-tahu dunia Jaydan terasa slowmotion ketika indera penglihatannya berpapasan dengan paras cantik gadis itu.

Kedua matanya lebar dengan alis tebal yang terukir. Bulu matanya panjang dan lentik, yang pasti asli bukan hasil tanam. Jangan lupa bentuk bibir yang penuh, dengan lipstik yang berwarna peach, kecantikan yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata karena hampir sempurna.

"Ya Tuhan! kenapa nih cewek cantik banget ya," batinnya bergejolak.

Gadis itu melambaikan tangan tepat di depan wajah Jaydan, menarik atensi lelaki itu agar cepat merespon karena tiba-tiba saja terdiam layaknya manequeen.

"Are you okay?"

"Yaa, i'm okay." Jawab Jaydan yang baru saja tersadar dari lamunan. Seketika emosi yang ada di puncak ubun-ubun dan siap diledakkan kapanpun itu lenyap tak tersisa.

"Syukurlah, kalau gitu gue pergi dulu."

Sebelum berlalu gadis itu buru-buru membuka tas selempang berwarna hitam, nampak sedang mencari sesuatu. "Lo bisa hubungi gue kapanpun, gue bakal ganti rugi kayaknya jaket lo bukan sembarang jaket. Sekali lagi maafin gue ya." Lanjutnya seraya menyerahkan kartu nama dan kemudian pergi.

"Pramudina Sarasvati."

Jaydan membaca nama yang tertulis pada kartu. Ia tersenyum manis, "nama yang cantik." Sambil menatap ke arah perempuan itu yang sudah masuk ke kursi penumpang. Jaydan, tersenyum miring memasukkan kartu nama itu ke dalam saku celananya lalu melangkah pergi.

"Ada apaan? kenapa lama banget." Tanya Theo pada Jaydan yang baru saja duduk di samping kursi mengemudi.

"kepo aja lo." ujar Jaydan sambil menurunkan sandaran kursi, lalu memakai safety beltnya.

"Sensi banget bambang! Kayak cewek aja lo, gue nanya baik-baik juga." Kesal Theo.

Lihat selengkapnya