Sempurna. Hidupnya begitu sempurna. Setidaknya, bagi segelintir orang yang menjadikan materi sebagai tolak ukur kebahagiaan. Tapi, gadis itu sepertinya memang terlalu puas dengan semua yang ia miliki hingga tidak tahu lagi bagaimana memaknai hidupnya. Yang ia tahu, ia memang memiliki segalanya. Semua hal yang bisa membuatnya berjalan dengan kepala terangkat, seolah semua orang berada di bawahnya. Langkah kaki yang dihiasi sepatu-sepatu branded berharga selangit menyempurnakan sikap congkaknya.
Gadis itu baru saja masuk dan langsung melempar beberapa paper bag ke sembarang arah. Bukannya jatuh berserakan di lantai, paper bag dengan logo merk-merk ternama itu segera ditangkap oleh tiga orang perempuan berseragam pelayan.
"Jangan sampai lecet! Taruh di tempatnya!" seru gadis itu. Ia lantas menaiki tangga menuju kamarnya.
Tiga orang asisten rumah tangga di sana hanya bisa mengusap dada sambil mendecak di dalam hati. Memang, mereka sudah terbiasa dengan tingkah seenaknya dari princess penguasa rumah itu. Kesabaran mereka benar-benar sudah terlatih.
"Non Princess itu benar-benar, ya. Tiap hari kerjanya hura-hura," kata asisten satu.
"Mana manjanya gak ketulungan, lagi. Sombongnya juga makin-makin aja. Gara-gara kelewat dimanjain, tuh!" tukas asisten dua.
"Eh, udah! Jangan gitu. Biar gimanapun, kita harus hormati dia. Lagian wajar dia sombong. Kalau gue jadi dia, gue malah lebih sombong, haha!" Asisten tiga yang bernama Atun ini sepertinya ingin menyikapi sikap cucu majikannya itu dengan bijak, tapi ujung-ujungnya justru lebih parah dari dua orang temannya tadi.
~~~
Princess Elleanor Hamlan. Sepertinya nama itu terlalu cocok dengan garis tangannya yang terlahir sebagai putri. Benar-benar putri dari kerajaan yang dibangun oleh kakeknya, Opa Sultan Hamlan. Mungkin, karena semuanya berbanding lurus, akhirnya ia terbentuk menjadi sosoknya sekarang, dengan karakter yang begitu kuat. Tapi, karakter kuat seperti apa?
Lea. Seperti itu orang-orang terdekat memanggilnya. Walaupun kebanyakan orang lebih berani memanggilnya Princess. Kenyataannya, memang tidak banyak orang yang benar-benar dekat dengannya.
Lea baru saja masuk ke dalam kamar megah dengan dominan warna putih dan warna-warna pink pastel. Kamar itu benar-benar terlihat seperti kamar putri raja di dongeng-dongeng. Hanya saja, jauh lebih modern dengan pernak-pernik mahal dan glamour. Bahkan, di dalam kamar itu terdapat ruangan luas yang diperuntukan khusus untuk wardrobe, seperti gaun-gaun, sepatu, tas, accessories, parfum, dan benda-benda mewah lainnya.
Baru saja melempar badan lelahnya ke atas ranjang princess-nya, ponsel di dalam tas Lea berdering. Cepat-cepat ia mengambilnya. "Hallo?"
Setelah menyimak beberapa detik, Lea langsung tampak bersemangat, bangkit dari tempat tidur. "Pokoknya acaranya pasti perfect! Lo lihat aja besok! Ini bakal jadi birthday party paling keren!"
~~~
Di sebuah ruang kerja, dengan design klasik berkelas, seorang kakek tengah berhadapan dengan seorang pemuda di depan meja kerjanya. "Saya kasih kamu keleluasaan untuk mengawasi dan menjaga cucu saya. Saya percaya kamu bisa professional," kata kakek itu, pelan namun tegas.
"Iya, Pak. Saya pastikan Nona Princess akan baik-baik saja bersama saya." Pemuda tampan bertubuh tinggi tegap itu begitu bersungguh-sungguh mengikat diri dengan janjinya.
Bukan tanpa alasan, kakek di depannya itu sangatlah ia hormati. Kakek itulah yang sudah membiayai hidupnya sejak kecil hingga ia bisa menjadi lulusan akademi militer yang baik. Dan bukan hanya dirinya yang berhutang pada kakek itu, tapi semua teman-temannya di panti asuhan yang sudah menjadi rumahnya sejak kecil. Kakek itu adalah pemilik panti asuhan tempatnya dibesarkan. Bukankah sudah sepantasnya ia membalas jasa?
"Kamu anak asuh saya yang terbaik, saya percaya. Tapi...." Kakek itu beranjak dari kursinya, berjalan ke arah jendela dan melihat pemandangan dari ketinggian gedung. "Saya khawatir kamu harus melakukan lebih dari sekedar menjaganya." Ia menghela nafas panjang. "Mungkin saya yang salah. Selama ini saya terlalu memanjakannya sampai tidak sadar sudah membuat dia menjadi pribadi yang buruk."
Kakek itu beralih menatap anak asuhnya yang masih menyimak. "Al, saya sudah tua. Saya khawatir dengan cucu saya. Dia pewaris tunggal saya, tapi melihat sikapnya sekarang...." Ia kembali berhenti, cukup lama.
"Pak, saya yakin Nona Princess pasti bisa. Nona Princess akan baik-baik saja." Pemuda bernama Al itu berinisiatif membuka suara.
Sang kakek tersenyum. "Ya, saya harus yakin. Dan kamu, dengan latar belakang pendidikan kamu, saya juga yakin kamu lah yang paling pantas untuk tugas ini. Lakukan apa pun yang menurut kamu benar, apa pun yang terbaik untuknya. Tidak peduli jika kamu harus membuatnya merengek, menangis, atau bahkan marah. Dia harus berubah."
~~~
Sebuah privert resort di daerah Nusa Dua Bali tengah dimeriahkan oleh pesta ulang tahun yang begitu mewah. Sang empunya pesta berdiri di samping birthday cake besar enam tahap yang terlihat berkilauan dengan hiasan gold dan silver.
Suara lantunan lagu ulang tahun menggema, mengiringi sang birthday girl untuk segera memotong kuenya. Lea memegang sebuah pisau panjang dengan pita pink di pangkalnya, lalu memotong kue besar itu dari atas sampai ke tingkat terbawah. Tepat setelahnya, kembang api dengan bentuk-bentuk indah menghiasi langit malam itu, diiringi suara ledakan yang memekakakn telinga.
Pesta terus berlanjut. Lea menari di antara teman-teman palsunya. Ya, sepertinya semua temannya hanya mendekati Lea karena kekayaannya. Entah Lea yang belum menyadarinya atau bahkan tidak peduli.
Seorang DJ seksi bergerak lincah seirama musik EDM ramuannnya, membangkitkan semangat semua orang di situ untuk menari.
"Sumpah! Party-nya keren banget!" kata seorang teman Lea.
"Kan udah gue bilang, haha!" Lea sedikit berteriak.