My Prince My Bodyguard

Lisna W Amelia
Chapter #14

14. Gone

Lea menunggu Al membuka suara sambil mengeringkan rambutnya. "Mau ngomong apa, sih?" tanyanya tak sabar. "Tadi nyuruh berenti latihan, sekarang udah keluar dari kolam malah diem."

Al masih bingung harus memulai dari mana. Semakin dicoba, semakin ia tidak bisa menahan matanya untuk tidak berkaca-kaca. "Umm… sebelumnya, Nona harus yakin kalau apa yang mau saya sampaikan ini belum pasti. Nona harus janji, Nona gak akan panik."

Eksresi mendung di wajah Al membuat perasaan Lea mulai tidak enak. "Maksudnya? Lo mau ngomong, tapi nyuruh gue gak percaya sama omongan lo? Aneh!"

"Ini... soal Opa...." Al memulai seraya menundukan wajahnya.

"Opa? Kenapa Opa? Bukannya Opa baru berangkat kemarin sora, ya? Tumben udah ngasih kabar lagi. Dan muka lo kenapa gitu? Mata lo juga-"

"Barusan orang dari kantor Opa telpon,” Al menyela, “katanya...."

"Katanya?!"

"Pesawat Opa hilang kontak semalam, dan barusan mereka udah berhasil lacak keberadaan pesawat Jet-nya." Al bersiap dengan reaksi apa pun dari Lea sebelum melanjutkan. " Nona, please jangan panik dulu. Mereka bilang, pesawatnya... jatuh di perairan Masalembo."

Lea ternganga, dan seketika air matanya menggenang. "Apa lo bilang? Lo becanda, kan? Ha...ha...." Ia mulai gemetar dan memaksakan tawa dalam takutnya. Tapi tiba-tiba, tawanya hilang begitu saja. "Opa sekarang di mana? Opa gak papa, kan? Opa pasti gak papa!!! Lo pasti bohong!!!"

"..." Al tidak sanggup menjawab. Ia sendiri tidak ingin percaya.

Lea mulai menangis. Ia berharap Al akan tiba-tiba tergelak puas karena berhasil mengerjainya, tapi ekspresi wajah Al justru semakin membuatnya takut. "Kenapa lo diem?!! Lo cuma lagi ngerjain gue! Iya, kan?!"

“…”

Lea memukuli Al yang masih terpaku, bahkan tidak menatapnya. "Jawab gue! Opa mana? Opa gak mungkin ninggalin gue, Opa pasti gak ada dalam pesawat itu!!!" Ia mencoba menghibur dirinya sambil terisak dengan nafas sesak. "Hiks... Iya, Opa pasti gak naik pesawat itu, ha… ha…. Opa gak akan ninggalin gue sendirian!"

Al yang tidak sanggup lagi melihat Lea menangis segera menariknya ke dalam pelukannya. "Iya, Nona, iya, Opa gak papa...," katanya menenangkan. Ia sendiri berharap ucapannya itu menjadi suatu keyakinan yang nyata.

"Opa... Opa gak mungkin ninggalin gue! Mereka pasti salah!!!" Lea semakin histeris di dalam pelukan Al. Ia lalu memaksa melepaskan diri dan beranjak dari kursinya. Ia melangkah dengan menyeret kaki kanannya yang belum sepenuhnya bisa berjalan normal, tidak peduli walaupun terasa sangat sakit.

"Nona! Nona mau ke mana?!" Al mengejar Lea. "Nona jangan gini...." Ia berusaha menahan Lea, Lea tetap bersikeras.

"Gue harus cari opa!!!" bentak Lea akhirnya.

"Tapi Nona mau cari ke mana? Nona! Ingat keadaan kaki Nona, saya mohon jangan gini...." Al memegangi Lea, tapi Lea bahkan tidak mau menatapnya.

"Lepasin gue!!! Gue harus cari Opa!!!" Lea berikir sejenak. "Iya, Opa pasti masih ada di kamarnya. Opa pasti semalam balik lagi, terus dia sekarang belum bangun.... Iya, pasti gitu." Dalam tangisnya, ia memaksakan senyum dan melanjutkan langkah menuju kamar Opa, di lantai dua.

"Nona! Ingat kaki Nona gak boleh dipaksa jalan gini!" Al mulai membentak.

"Gue mau ke kamar Opa! Kalau lo gak mau bantu gue, ya udah! Gue bisa naik tangga sendiri!!!" Lea membentak lebih keras.

Akhirnya, Al bungkam agar tetap bisa memegangi Lea, sebisa mungkin agar tidak terjatuh. Air matanya mulai menetes. Ia tidak sanggup melihat Lea seperti itu. Dan seperti Lea, sejujurnya ia pun berharap Opa ada di kamarnya.

Lea berusaha mati-matian meniti tiap anak tangga sambil menahan sakit. "Opa pasti gak papa...," lirihnya.

Sampai di depan kamar Opa, Lea langsung membuka pintunya yang tidak terkunci. Ia masuk dan mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Sepi, tidak ada gerakan apa pun di kamar itu. Bahkan, angin pun seolah enggan masuk ke dalamnya untuk sekedar meniup gorden di jendela.

Lea sadar jika ia hanya tengah membodohi dirinya dengan berharap opa ada di kamar itu. "Opa!!! Opa gak mungkin tinggalin Lea, kan...? Lea gak punya siapa-siapa lagi selain Opa!!! Lea sama siapa kalau Opa gak ada? Kenapa Opa malah nyusul mama sama papa?! Opa...!!!" Tangisnya benar-benar meledak.

Al yang juga menangis hanya bisa kembali memeluk Lea dan menahan tubuh gemetarnya yang hampir kehilangan tenaga. "Nona, jangan gini.... Nona harus sabar...."        

Hingga akhirnya, Lea melunglai, matanya terpejam dengan bibir tetap gemetar. Dan air matanya tetap mengalir walaupun ia sudah tidak sadarkan diri.

"Nona! Nona, bangun!"

~~~

‘Berita duka datang dari Pimpinan sekaligus pemilik Kerajaan bisnis Hamlan Grup. Setelah semalam pesawat Jet yang ditumpangi oleh Tuan Sultan Hamlan dikabarkan hilang kontak, pagi ini telah dipastikan jika pesawat tersebut ditemukan di perairan Masalembo. Diduga pesawat jatuh dan terbakar di perairan tersebut. Belum diketahui apa penyebab pasti dari kecelakaan tersebut, tapi pihak Hamlan Grup sudah bekerjasama dengan pihak-pihak berwenang untuk mengusutnya.’        

Rasanya seperti mimpi buruk. Bahkan, untuk sekedar membaca berita itu dari sebuah laman pemberitaan online pun, Al harus menguatkan hatinya. Terlebih lagi, saat melihat Lea yang akhirnya tertidur.

Setelah Atun dan bi Imah mengganti pakaian basah Lea, Lea yang terus menangis setelah sadar dari pingsan akhirnya tertidur karena terlalu lelah. "Nona gak akan sendiri...," bisik Al seraya mendekatkan wajahnya ke telinga Lea.

"Biar gue yang jaga dia."

Al menoleh ke arah pintu. Di sana, Nando sudah berdiri dengan angkuhnya. Al mengalah, lalu bergegas keluar. "Nona Princess lagi tidur. Sebaiknya jangan diganggu dulu,” katanya saat berpapasan dengan Nando.

"Gue cuma mau nemenin dia. Dan gue rasa, gue jauh lebih pantas buat nemenin dia, kan?" Nando mendelik, lalu melangkah masuk.

"Saya rasa ini bukan waktu yang tepat buat kamu ngomong gitu. Walaupun mungkin, ucapan kamu itu benar," timpal Al sebelum benar-benar pergi.

“…”

~~~

Lea terbangun. Nyaris saja ia memanggil Al, tapi nama itu kembali ditelannya saat mendapati Nandolah yang ternyata ada di sampingnya. "Nando...?"

Nando langsung memegang tangan Lea saat Lea berusaha bangun. "Le..., kamu gak papa, kan? Kamu harus sabar, kamu harus kuat, ya.... Aku janji selalu ada buat kamu."

Lihat selengkapnya