My Prince My Bodyguard

Lisna W Amelia
Chapter #24

24. We'll be Together Forever

Sejak dua hari terakhir, Lea terus mengurung diri di kamar. Ia hanya menerima Atun masuk untuk mengantrakan makanan, selebihnya sama sekali tidak mau di ganggu. Hanya Opa yang sesekali bisa menemuinya, tapi tetap tidak bisa membantu Al. Selama itu juga, Al sudah berkali-kali mengetuk pintu kamarnya dan tidak mendapatkan respon apa pun.

    Tapi, di pagi ketiga, saat Al baru akan mengetuk, Lea akhirnya keluar dengan pakaian sudah rapih. "Kamu mau ke mana?" tanya Al.

    “…” Bukannya menjawab, Lea malah ngeloyor pergi.

    "Princess!" Al mengejar Lea dan menarik tangannya. "Udahan dong, marahnya. Please... aku berangkat besok, mau sampai kapan kamu diemin aku?"

    Lea menoleh dengan tatapan dingin. "Ya udah, pergi aja. Aku gak papa, kok. Lepasin tangan aku! Aku mau kuliah, dan kamu gak usah nganterin aku."

    "..."

    Al putuskan untuk membiarkan Lea pergi seorang diri ke kampus, tanpa pengawal dan supir. Mungkin, sebaiknya memang ia membiarkan Lea sendiri. Entahlah, ia sudah kehabisan cara untuk menghadapi Lea. Tapi, tiba-tiba ia terpikir sesuatu.

~~~

Kembali ke kampus bersama Nando dan Acha. Hari pertama masuk kuliah setelah beberapa hari menghilang dengan skandal yang menghebohkan bersama bodyguard-nya, Lea disambut dengan bisik-bisik dan tatapan aneh dari seisi kampus. Walaupun mereka tetap tersenyum hormat di depannya. Lea yang sudah biasa menjadi pusat perhatian tidak ingin ambil pusing

    Setelah mengikuti tiga kelas, Lea putuskan untuk bergegas pulang. Dan masih sama, semua orang masih menatap padanya dengan tatapan aneh. "Ini orang masih aja pada ngeliatin gitu! Nyebelin banget, sih! Gimana kalau gue beneran kawin lari terus balik dengan perut buncit?" Ia menggerutu disepanjang jalan.

    Sementara itu, Nando dan Acha hanya mengekor sambil ikut berbisik-bisik. "Lo berdua juga, kenapa, sih?!" Lea mendengus kasar.

    Saat dsampai di tangga terakhir, Lea melihat ada yang aneh di lantai dasar kampus. Terdapat begitu banyak arum manis yang disusun dengan tangkai cukup tinggi hingga membentuk hati berwarna pink yang besar. Dan orang-orang sudah berkumpul mengelilingi rangkaian arum manis itu.

    "I-ini...." Lea menoleh pada Nando dan Acha, tapi mereka hanya megendikan bahu dengan senyum mencurigakan.

    Lea berjalan mendekati arum manis itu, lalu cukup lama menatapnya dari dekat dengan mata berbinar. Tiba-tiba, entah sejak kapan Al sudah muncul di belakangnya dengan satu arum manis besar di tangannya saat ia menoleh. “Al?!”

    "Ini buat Princess arum manis...," kata Al seraya tersenyum manis. "Aku mohon maafin aku, Princess...." Ia kemudian berjongkok, lalu menyodorkan arum manisnya pada Lea.

    Perlahan Lea mengambil arum manis di tangan Al. "Ini gak akan ngerubah apa-apa, kamu tetap mau pergi tinggalin aku, kan?"

    "Tapi aku pergi dengan janji yang kamu pegang itu, Princess....” Al bangkit dan menatap arum manis di tangan Lea.

    "Hmm?" Lea mengernyit.

    Al membuka plastik yang membungkus arum manis itu dan mengambil sesuatu di sana. Lea terus menajamkan matanya saat melihat ada yang aneh. Ada sesuatu berbentuk panjang melingkari Arum manis itu. Ternyata, itu sebuah kalung berwarna pink lembut, nyaris tidak terlihat. Kalung tanpa liontin yang entah terbuat dari apa, tapi terlihat seperti gumpalan benang-benang arum manis yang rapuh.

    Al membuka kaitan kalung itu, lalu memakaikannya di leher Lea. "Kalung ini kelihatannya memang rapuh, tapi ini justru terbuat dari kumpulan benang-benang tipis yang kuat, Princess.... Sekuat dan seindah cara aku mencintai Princess Cotton Candy di depanku ini. Ini janji arum manis aku buat kamu. Kamu harus percaya semuanya pasti berakhir manis."

    Sorak sorai penonton mendadak riuh menyambut kata-kata Al, termasuk Nando dan Acha yang saling merangkul seraya melemparkan senyum satu sama lain. Mereka semua seperti supporter cinta untuk Al yang cukup ampuh membuat Lea akhirnya tersenyum lebar sambil menahan haru.

    "Pergilah, Al...," kata Lea akhirnya. Detik berikutnya, ia berjinjit dan memeluk Al erat. "You’ll still be my loveLe guadian angel..., my Prince Cotton Candy."

    Al menenggelamkan wajahnya ke dalam rambut Lea. Rasanya begitu lega saat Lea dengan ikhlas membiarkannya pergi. "Makasih, Princess…."

~~~

    "Jadi, Lea udah gak marah?" tanya Opa pada Al.”

    "Tadi pulang dari kampus dia udah baik-baik aja, tapi wajar kalau dia masih berat lihat aku pergi besok. Mugkin, karena itu juga dia males makan malem bareng," jawab Al muram.

    Opa kembali fokus pada makanannya. "Ya, wajar. Dan Lea memang gitu. Dia pasti sedih banget."

    "Maafin Al, Opa. Al udah bikin Princess sedih...," sesal Al.

    "Gak papa, mungkin ini yang terbaik, Al. Lagian Lea juga masih belum dewasa, Opa gak bisa bayangin kalau dia jadi istri kamu sekarang, dengan sifat kekanak-kanakannya itu. Pasti kamu yang repot. Hmmm...."

Lihat selengkapnya