My Principle of Love

Hanbeka
Chapter #6

Bab V. Kekecewaan Rendy terhadap Hera.

Pov Derry

Pembelajaran hari kedua di kelas 3 SMA ini sudah berlangung normal, setelah kemarin gue sedikit emosi dengan Budi yang menyalahkan kaos dagangan gue yang kekecilan. Hari ini gue datang bersama dengan Lisa, yang sudah tidak diantar ayahnya seperti kemarin.

Di kelas 3 ini, Rendy memutuskan untuk duduk di bangku barisan depan, sedangkan gue dan Lisa duduk di kursi barisan tengah. Kemarin saat istirahat, Rendy mengatakan alasan dia memisahkan jauh tempat duduknya dengan kami. Dia ingin fokus untuk mengejar perguruan tinggi negeri. 

Hera sudah tidak satu kelas dengan kami bertiga. Tapi di waktu istirahat dan pulang sekolah, gue, Lisa dan Hera masih sering berkumpul bersama. 

Semua memang sudah mulai berbeda setelah Rendy lebih fokus untuk belajar. Bahkan di waktu malam pun, kami semakin jarang mengobrol di group whatsapp. Sekarang, selepas sore setelah gue mem-packing kaos dan mengirimkan ke jasa pengiriman barang, gue belajar sebentar dan sesekali chat dengan Lisa sebentar, lalu tidur. 

Hera pun sudah semakin jarang memiliki waktu berdua dengan Rendy. Hera lebih sering mengajak gue dan Lisa untuk pergi menemaninya malam minggu. Rendy bener-bener memangkas waktu bermainnya dengan kami, demi lebih fokus belajar agar masuk universitas negeri.

Drrrr… Drrr… Notifikasi pesan masuk di handphone gue dan Lisa, bergetar di jam pelajaran pertama kami. Gue dan Lisa yang berada di satu meja, langsung melihat HP. Hera mengirimkan whatsapp kepada gue dan Lisa. “Nanti siang, temenin gue nonton pertandingan tim voli sekolah kita melawan tim voli Sekolah Bina Muda, yuk!” tulis Hera di dalam chatnya.

“Ikut, yuk!” ajak Lisa sambil melihat ke arah gue.

”Yuk! Siapa tau banyak yang bening-bening,” ledek gue ke Lisa.

Lisa mendekatkan mulutnya ke muka gue untuk balas meledek gue. “Walahh… Emang ada yang mau selain aku? Palingan banci yang mau sama kamu, itu pun lagi keadaan sakau.” 

***

Semua perhatian para penonton wanita dari sekolah kami tertuju pada pemain nomor 5 yang menjadi kapten dari tim voli Bina Muda. Dia memiliki rambut spiky, dan kulitnya juga tidak jauh gelap dari gue. Namun badannya yang tinggi dan berotot, ditambah dengan lesung pipi yang terlihat sok manis saat dia tersenyum, cukup membuat gue ingin menutup mata Lisa saat cowo itu menciptakan score. 

Robby, begitu nama dia tertulis di balik kaos tim voli Bina Muda. Dengan mudah dia sering melakukan block terhadap smash dari tim sekolah kami. Tidak pernah Robby membiarkan bola yang mengarah ke dia untuk lepas dan menghasilkan score untuk sekolah kami. Sekolah kami hanya bisa mengambil point, ketika smash dilakukan mengarah ke pemain lain. 

Kerena kelemahan dari sekolah Bina Muda yang terlalu mengandalkan Robby, menjadikan permainan dari tim kami lebih menyerang ke arah pemain lain selain Robby. Alhasil, score akhir pertandingan menunjukan kemenangan untuk tim voli dari Sekolah Semangat Merah Putih.

Beberapa langkah kami meninggalkan bangku tempat kami menonton tadi, tiba-tiba ada suara yang mendekat memanggil kami bertiga yang membuat langkah kami terhenti dan pandangan kami memutar kembali ke arah lapangan. “Hei, Sorry gue ganggu. Gue Robby. Boleh kenalan?” gue melihat sosok kapten tim Bina Muda menjulurkan tangannya ke arah Hera.

Gue langsung menarik Lisa agak sedikit menjauh dari Hera dan Robby. Gue gak mau Lisa terlalu dekat memandang Robby, gue takut Lisa berpaling ke Robby. Hehehe… gue belum terlalu yakin kalau ketampanan gue ini bisa mengalahkan ketampanan Robby.

Gue lihat , Hera dan Robby saling mengeluarkan handphone. Gue yakin mereka saling memberi tahu nomor telpon mereka, Karena sangat tidak mungkin mereka saling mengeluarkan handphone untuk dijual dan dituker tambah. Sikap Hera terlihat sangat welcome dengan kedatangan Robby.

 “Lo suka sama tu cowo, Her?” tanya Lisa saat Hera selesai berbincang dengan Robby dan kembali berjalan bersama kami.

“Biasa aja sih… tapi boleh kan buat nambah teman aja.” Hera tersenyum sambil terus bermain dengan handphone-nya.

***

Gue gak berani bercerita tentang perkenalan Hera dengan Robby kepada Rendy. Gue takut ini akan mengganggu konsentrasi belajar dia. 

Gue melihat ada perubahan dalam diri Hera semenjak hari itu. Dia menjadi sangat jarang menghabiskan waktu istirahat, bersama gue dan Lisa, dan bahkan pada hari Sabtu dan Minggu Hera lebih sering menolak ajakan kami untuk nongkrong bareng di luar ,.

Saat jam istirahat tiba, dari pintu depan kelas Hera, gue lebih sering melihat Hera asyik dengan handphone-nya sendiri sambil tersenyum kecil. Sangat tidak mungkin,kan… kalau Hera menjadi gampang kesurupan, makanya dia suka senyum-senyum sendiri saat melihat handphone.

Gue gak tahu Rendy sadar atau tidak. Sesekali saat Rendy mendatangi Hera, dari jauh gue perhatikan Hera sedikit menjauhkan handphone-nya dari Rendy. Mungkin maksudnya agar Rendy tidak mengecek handphonenya. Entah apa yang sedang ditutupi Hera tapi gue yakin bukan karena Hera baru mengunduh blue film di HPnya. Hehehe…

***

Lihat selengkapnya