My Principle of Love

Hanbeka
Chapter #10

Bab IX. Haruskah kuterima lagi?

Pov Derry

Rendy dan Hera tak pernah berhenti menyemangati gue untuk mencari kesibukan agar tidak kepikiran Lisa lagi. Hal ini membuat usaha gue kembali berjalan normal, dan gue pun fokus kembali menjalani rutinitas kampus. 

Gue berusaha untuk tidak membahas tentang Lisa di depan mereka. Tetapi terkadang hati gue gak bisa bohong. Sudah hampir setahun gue gak mendengar kabar Lisa. Sesekali gue mencoba mencari tahu dia dari akun media sosialnya. Namun semua akun itu tidak pernah aktif sama sekali.

Gue rasa hati gue cuma kangen saja melihat wajah cantiknya. Mendadak pikiran gue jauh berandai-andai, jikalau gue tiba-tiba dihadapkan dengan situasi Lisa bercerai dan meminta balikan sama gue. Gue rasa, gue akan menolaknya. 

Bagi gue, Lisa sudah menggadaikan hati gue dengan uang. Lagipula gue tidak pernah terpikir untuk beristrikan wanita yang sudah pernah menikah.

Untuk mengusir lamunan gue tentang Lisa. Sambil ditemani acara TV minggu siang ini, gue mempersiapkan sendiri pesanan kaos dari pelanggan gue didepan TV untuk dikirim sore ini. Hari ini ayah tetap bekerja,jadi tidak bisa membantu gue untuk mempacking pesanan kaos. Untuk mengusir rasa bosan sendirian dirumah, gue meminta Rendy untuk datang ke rumah.

 

Tok… tok… tok… Suara ketukan dibalik pintu rumah gue memecah kesibukan gue saat mempacking barang. Cepet juga Rendy datangnya, gumam gue dalam hati.

Gue bergegas ke arah pintu dan membukakannya. Betapa kagetnya gue melihat seorang wanita yang sedang mengandung berdiri terdiam melihat gue. “Lisa?” tanya gue untuk memastikan apa yang gue lihat ini benar.

“Kamu sibuk, Der?” gue anggap penyataan itu adalah jawaban yang mengiyakan kalau dia Lisa.

“Ada apa kamu kesini?” gue mengernyitkan dahi. Gue masih enggak percaya orang yang baru saja gue pikirkan beberapa saat lalu sekarang berdiri di depan gue. Ditambah sekarang dia sedang hamil tua.

“Aku cerai.” Dhuarr… gue bener-bener gak mengerti. Semua yang gue pikirkan sebelum mempersiapkan pesanan tadi, menjadi kenyataaan saat ini juga.

“Lalu?” gue terus menatap Lisa dan gue lihat mata Lisa mulai berkaca-kaca. 

“Aku butuh kamu,” suara Lisa bergetar dan air matanya mengalir membasahi pipinya.

Gue menatap sinis ke arah Lisa, dan menjawabnya, “Dengan mudah kamu buang tulus cinta aku ke kamu, hanya demi uang. Sekarang kamu datang memintaku kembali dan bertanggung jawab sama bayi yang lagi kamu kamu kandung itu? Gitu maksud kamu, Lis?” nada gue mulai sedikit meninggi. 

Lisa hanya terdiam, menunduk dan tidak menjawab pertanyaan gue satu kata pun. 

Hati gue saat ini benar-benar yakin untuk tetap teguh pada prinsip gue. Gue enggak akan pernah mau menjalin hubungan dengan wanita yang sudah pernah menikah.

“Maaf, Lis. Aku gak bisa.” Gue langsung menutup pintu dan membiarkan Lisa berlalu. Gue memilih untuk tidak melanjutkan pembicaraan ini dan masuk ke dalam rumah. Gue enggak mau nantinya terjadi apa-apa terhadap kandungan Lisa karena kemarahan gue ke dia.

Dari dalam rumah gue melihat Lisa terdiam dan menangis di depan rumah gue, sebelum akhirnya Lisa beranjak dari tempatnya dan pergi.

***

Pov Rendy

Derry meminta gue datang ke rumah menemani dia mempacking barang dagangannya. Di perjalanan gue singgah dulu sebentar membeli minuman di sebuah minimarket deket rumah Derry. 

Sedang bingung memilih minuman mana yang akan gue pilih, tiba-tiba ada yang memanggil gue, “Rendy?” gue langsung berbalik dan tidak menyangka siapa yang gue lihat ini adalah Lisa. 

Dari bentuk tubuhnya, gue yakin sekali dia sedang hamil tua. Maksudnya usia hamilnya sudah tinggal sebentar lagi menuju lahiran, ya… bukannya janin Lisa ini isinya kakek-kakek yang udah tua ya… 

“Lisa? Lagi ngapain disini? Ngomong-ngomong, suami loe mana?” tanya gue yang heran kenapa orang yang sedang hamil tua, tidak ditemani suaminya saat berbelanja ke minimarket sejauh ini.

“Hmm… gue baru cerai, Ren,” gue sangat terkejut mendengar jawaban Lisa. Gue melihat wajahnya langsung berubah sedih bercampur malu.

“Lah, kok bisa?”

Lisa menjelaskan kalau suaminya menceraikannya karena usahanya bangkrut, dia merasa sudah tidak sanggup membiayai Lisa dan bayi yang akan dilahirkan Lisa. Dan juga karena sifat suaminya yang berubah jadi kasar. Akhirnya, mereka pun memilih untuk berpisah.

Sekilas gue juga mendengar, kalau tadi Lisa sudah menemui Derry di rumah Derry. Tadinya Lisa berharap Derry mau memaafkan dia dan memperbaiki hubungannya dengan Derry seperti dulu lagi. Tapi ternyata Derry sudah tidak mau menerima Lisa lagi.

Sambil menuju ke arah pintu keluar, tiba-tiba Lisa pamitan, “Udah dulu ya, Ren. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Gue udah ditungguin sama abang taksi tuh didepan,” tunjuknya ke arah luar. 

“Oh iya, Lis… Gue cuma ingetin, kalau mau lahiran normal, jangan lupa sering jalan pagi ya! Di sekitaran rumah susun loe aja olahraganya,” lanjut gue sambil berjalan menuju ke arah kasir untuk membayar minuman yang sudah gue ambil. 

Gue melihat Lisa menahan pintu keluar minimarket, dan menjawab,“Udah gue lakuin kok tiap pagi, Ren. Thanks ya. Salam buat bokap nyokap loe ya,” Lisa masuk ke dalam taksi yang sudah dari tadi menunggu dan kemudian pergi berlalu.

*** 

“Tadi Lisa kesini,” begitu kata Derry ke gue, saat gue baru saja masuk ke dalam rumahnya dan duduk didepan TVnya.

“Iya, tadi gue ketemu sama dia pas beli minuman di minimarket.” Gue mengambil minuman dari dalam plastik yang gue bawa tadi, kemudian membuka minuman tersebut.

Lihat selengkapnya