"Mempertahankan cinta memang sulit tapi tak sesulit meraihnya."
***
Meskipun sekolah masih sepi, Rainy sudah bersiap di atas kursi di kelasnya. Hari ini angkot yang ia tumpangi hadir tepat waktu dan tidak lama berdiam diri untuk menunggu penumpang. Akibatnya Rain datang lebih pagi dari hari biasanya. Mungkin karena hari ini Rain sedang beruntung. Kegiatannya sejak duduk di atas kursi coklat itu hanya menghitung lembaran uang. Harapannya semakin sering dihitung uangnya semakin banyak, terdengar konyol memang.
Uang ini bukanlah miliknya, tapi milik pria kemarin yang meminjam uang untuk ongkos pada Rainy. Uang sisa ini rencananya akan Rain kembalikan walau sempat tergiur begitu laki-laki itu berniat memberikan uang ini untuknya. Namun Rain tak tertarik lagi, ia tak ingin memiliki hutang budi pada orang asing. Apalagi mengingat bagaimana ia sempat mengucapkan kata-kata sinis pada laki-laki itu.
Dari kejauhan terdengar suara sepatu yang berbenturan dengan keramik di lantai. Rain bangkit dan mengintip keluar jendela. Ia melihat Melly dan kawan-kawannya. Geng itu paling ditakuti siswi di SMA ini karena banyak siswi yang sudah menjadi korban perundungan mereka. Korbannya rata-rata siswi kurang populer di sekolah karena mudah diintimidasi. Masalahnya Rain salah satu dari jenis korban mereka. Lekas Rain bersembunyi di bawah meja guru. Taplak hijau yang menghiasi meja itu cukup panjang hingga dengan mudah Rain bersembunyi.
"Mel, malas sekali pagi buta begini kita sudah di sekolah!" rengek Pamela. Rain mengintip dari balik taplak yang jika dilihat dari dalam nampak lumayan transparan. Pamela ini adalah putri salah satu bintang sinetron terkenal di Indonesia. Sedang ayah Pamela memiliki restoran padang mewah yang harga makanannya selangit.
Dengan samar dari balik taplak meja Rain bisa melihat Melly mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Bentuknya jelas persegi panjang dan lumayan besar. Rain terus memperhatikan gerak-gerik mereka. Lebih mencurigakan lagi mereka mendekati meja tempat Rain dan Sisca duduk.
"Kamu yakin tak ada yang melihat kita?" tanya Aileen memastikan. Melly menggeleng dengan yakinnya. Artinya Rain bersembunyi dengan sangat sempurna. "Kalau sampai Naldi tahu kita yang menyimpan foto ini, dia pasti akan marah!" Kelihatannya Aileen masih belum yakin dengan apa yang mereka perbuat.
Justru ketidak yakinan Aileen membuat Melly kesal. Gadis itu menoyor jidat Aileen dengan kasarnya. Aileen memang lebih muda daripada Melly. "Kita sudah menghabiskan banyak cara agar Naldi memutuskan Sisca. Hasilnya selalu gagal. Untuk itu sekarang giliran Sisca yang harus memutuskan hubungannya dengan Naldi!" tegas Melly.
Benda itu Melly simpan di dalam laci meja Sisca yang tidak terkunci. Meja di sekolah ini memang memiliki laci tempat menyimpan alat tulis agar terlihat lebih rapi. Beberapa siswa memanfaatkannya untuk menyembunyikan ponsel selama pelajaran atau menyimpan surat cinta.
Rain menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Dia tak habis pikir, gadis itu masih berniat mengganggu hubungan Sisca dan Naldi. Rain harus mempertahankan posisinya agar ketiga gadis itu tak menemukannya, setelah mereka pergi Rain berniat mengambil benda itu dan menyembunyikannya. Rain tak ingin hubungan Sisca dan Naldi berakhir.