"Aku tidak ingin pergi, tapi kita berdua tahu, ini bukanlah waktu yang tepat untuk kita bersama. Aku ingin mengatakan selamat tinggal, tetapi lidahku seolah kelu."
"Ini bukanlah akhir untuk kita. Sampai ketika kita bertemu lagi, kita akan menemukan jalan kita sendiri. Sampai hari itu tiba, aku ingin kau tetap menungguku."
•••
Pada tanggal 12, bulan ke-9, di tahun 1023.
Elena, yang merupakan peracik racun terbaik di Kerajaan Song, yang dijuluki Dewi Racun karena kemahirannya dalam meracik racun, harus mati di tangan Raja Song.
Ia dihukum mati karena ketahuan meracuni Pangeran Mahkota. Tubuhnya dipukuli ratusan kali hingga berdarah-darah dan pada akhirnya ia mati secara mengenaskan.
Dewi Racun yang dikenal dengan kecerdasan, kemahiran, dan kepiawaiannya dalam meracik racun tersebut pada akhirnya kehilangan nyawanya dengan cara yang sangat tragis.
Sejak kecil ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang. Kedua orang tuanya telah lama meninggal. Ia diremehkan banyak orang dan harus mencuri untuk bertahan hidup. Seringkali ia dimanfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan mereka sendiri.
Suatu hari ia ingin masuk ke Istana. Ia ingin menjadi peracik racun terhebat, agar nanti orang-orang tidak lagi memanfaatkannya dan ia akan mendapatkan kasih sayang dari orang-orang.
Ia berlatih keras hingga muntah darah untuk menjadi peracik racun terbaik dan pada akhirnya ia mampu masuk ke dalam Istana.
Namun, walaupun sudah masuk ke dalam istana. Elena tetap diremehkan oleh orang-orang. Ia selalu saja dimanfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan mereka sendiri.
Hingga akhirnya, karena pengkhianatan yang ia lakukan, ia berakhir mati di tangan Raja. Hingga akhir hayatnya pun, ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti yang ia impikan.
Ia kira, ketika ia mati maka ia tidak akan lagi merasakan penderitaan yang terus menimpanya. Ia akan terbebas dan menuju ke akhirat dengan damai.
Namun, seolah ingin menambah penderitaannya. Tuhan memberikan kesempatan kedua bagi Elena untuk kembali hidup, namun di tubuh orang lain.
Dan beginilah akhirnya...
Saat ini, Elena duduk di atas kasur yang entah milik siapa. Kamarnya juga terlihat asing, gaya serta interior yang menghiasi kamar ini terlihat sangat aneh.
Elena menghembuskan nafas panjang dan turun dari atas kasur. Ia menatap pantulan dirinya di cermin yang tertempel di dinding.
Mata, hidung, mulut ... Semuanya tampak berbeda.
Wajah ini benar-benar cantik, berbeda 180 derajat dengan wajahnya yang dulu. Walaupun dulu dia juga termasuk cantik, tetapi wajah yang sekarang ia dapatkan seolah tidak ada tandingannya.
Sangat cantik.
Walaupun sulit untuk mempercayainya, tetapi saat ini Elena benar-benar sedang mengalaminya.
Transmigrasi.
Berbeda dengan reinkarnasi yang terlahir kembali, transmigrasi adalah berpindah jiwa. Dan saat ini Elena mengalami yang namanya Transmigrasi.
Ia mati dan hidup kembali di tubuh orang lain.
Tubuh ini tidak memberikan ingatan apa pun. Ia tidak tahu siapa dirinya dan di mana dia sekarang. Hanya ingatan di kehidupan pertamanya sebagai Dewi Racun yang bisa ia ingat.
"Siapakah dirimu?" gumamnya sambil menatap pantulan dirinya di cermin itu.
Tubuh ini sama sekali tidak mewariskan ingatannya pada Elena. Rasanya seolah ia kembali menjadi bayi yang tidak tahu apa-apa tentang dunia ini.
Tangannya terangkat untuk menyentuh dadanya sendiri. Di dalam dadanya ada racun, bahkan racun itu telah menyebar dan memenuhi jaringan pembuluh darah. Kemungkinan besar gadis ini mati karena tidak tahan dengan racun ini.
Bukan tanpa alasan Elena dijuluki Dewi Racun di kehidupannya dulu. Dia bisa merasakan racun apa pun pada tubuhnya sendiri atau pun orang lain hanya dengan menyentuhnya.