Beberapa menit yang lalu sebelum kedatangan Barnard.
"Tuan!"
Elena berusaha mengatur napas saat dirinya sampai di hadapan Arlot.
"Ayo kita buat perjanjian," ucap Elena tanpa basa-basi.
Sebelah alis Arlot terangkat. Siapa gadis ini yang tiba-tiba datang padanya dan ingin melakukan perjanjian dengan seenak jidatnya?
Arlot hanya diam memperhatikan gadis asing itu.
"Ayo buat perjanjian," ulang Elena.
"Untuk?"
"Untuk membantuku lepas dari pria berengsek itu," jawab Elena sambil menunjuk ke belakang.
Arlot mengikuti arah telunjuk Elena dan tidak melihat siapa pun. Karena memang hanya mereka berdua yang ada di taman itu.
Arlot berada di sini untuk menunggu asisten pribadinya, Pram. Setelah pertunjukan tadi, ia ingin segera kembali ke rumah. Menurutnya, tidak ada lagi hal yang penting selain pertunjukan dan ketenangan.
Setiap kali Arlot menghadiri acara besar atau selesai melakukan pertunjukan, ada saja orang yang mengajaknya berbicara. Banyak di antara mereka yang menjodohkan putri mereka kepada Arlot, juga banyak di antara mereka yang ingin berteman dekat dengan Arlot.
Arlot tidak suka jika ada orang asing yang ingin mendekatinya.
Karena menurutnya ... Tidak ada orang yang tulus di dunia ini. Mereka hanya ingin mendekatinya karena ia kaya dan populer.
"Jika perjanjian itu hanya menguntungkanmu, aku menolak," ujar Arlot tidak peduli.
Elena menyatukan telapak tangannya dan memohon. "Aku mohon Tuan, aku akan melakukan apa saja untukmu, jadi bantu aku sekali ini saja."
"Aku sudah punya segalanya," jawab Arlot tegas.
Benar, Elena tidak akan membantu banyak karena Arlot sudah punya segalanya.
Menjadi pelayan?
Pasti sudah banyak pelayan yang bekerja di rumahnya.
Menjadi asisten?
Pasti sudah ada asisten yang sangat terlatih di sebelahnya.
Lalu sekarang apa yang harus Elena lakukan? Ia tidak punya apa-apa untuk diberikan kepada Arlot. Dia hanyalah ahli racun biasa yang berpindah jiwa ke tubuh orang lain.
'Tunggu, ahli racun?'
Elena menatap Arlot. Sebuah ide muncul di kepalanya.
Karena dirinya adalah ahli racun, ia bisa mengidentifikasi racun. Ia bisa menipu Arlot dengan mengatakan bahwa di tubuh pria itu ada racun. Jadi Elena bisa berpura-pura menyembuhkannya dan membuat Arlot setuju untuk melakukan perjanjian dengannya.
Sekarang yang harus ia lakukan hanyalah menyentuh bagian tubuh pria itu untuk meyakinkan penipuannya.
Dengan sigap, Elena berjalan ke depan dan pura-pura tersandung, membuat tubuhnya terhuyung ke depan dengan cepat. Elena yakin, Arlot pasti akan menangkapnya dan ia akan bersentuhan dengan pria itu. Jadi dia bisa berbohong bahwa dia merasakan racun di tubuh Arlot.
Namun, ekspektasinya tidak sesuai dengan realita. Ternyata Arlot tidak menangkapnya dan membiarkannya jatuh begitu saja. Pada akhirnya, Elena harus mencium beton dengan tidak elite.
'Dasar pria berhati dingin,' batinnya menggerutu.
Dengan cepat, Elena berdiri lagi dan menatap wajah Arlot yang masih tidak peduli.
Elena kesal.
Gadis itu kemudian menyambar tangan Arlot dan bersiap untuk melancarkan aksi penipuannya.
Namun, seketika Elena terdiam.
"Aliran darahnya .... " bisik Elena.
"Lepaskan." Arlot menarik kembali tangannya dari genggaman Elena, namun segera Elena tahan. Gadis itu memeriksa denyut nadi dan beberapa titik di tangan pria itu untuk memastikan tebakannya.
"Lepas," perintah Arlot.