Kana melepaskan ciumannya pada Elang dan membuka matanya. Mata Kana melotot manakala melihat wajah Elang yang sudah sangat semerah tomat dan ekspresi pria itu benar-benar shock.
Kana menggoyangkan lengan Elang. “Elang, kok diem?”
Elang mengerjapkan matanya seakan baru tersadar dan menatap Kana yang memandangnya bingung. “Ka-kamu… a-a-aku…kita pulang sekarang.” Ucap Elang mengambil sampah cemilan mereka dan berjalan mendahului Kana yang masih diam di tempat.
Padahal Kana sudah menahan malu untuk mencium duluan, tetapi mengapa reaksi Elang seperti itu? bukankah seharusnya Elang menyambut ciumannya dengan semangat seperti yang ia lihat di film-film?
“KANA!” Panggil Elang dan Kana mulai berjalan mengikuti pria itu.
Selama di perjalanan Elang sama sekali tidak mengajaknya bicara bahkan ketika Kana ingin menggandeng tangannya, Elang mempercepat langkah. Di bis pun sama, Elang terlihat sibuk dengan HPnya sehingga Kana hanya bisa melamun sendiri.
“Makasih ya buat hari ini, aku senang banget!” ucap Kana begitu mereka sampai di pelataran flat Kana.
Elang mengangguk. “Masuk gih,”
Kana mengernyitkan wajahnya, “Oh, kamu mau mampir?”
Elang menggeleng. “Sudah malam, gih istirahat.”
Kana mengangguk ragu-ragu, melambaikan tangan dan berjalan masuk ke dalam gedung flat. Aneh, biasanya setiap mereka berpisah Elang akan menyempatkan memegang tangannya atau mengecup keningnya, tetapi mengapa kini Elang terlihat acuh?
Apakah Kana melakukan kesalahan?
…
Mata Kana terasa berat, ia tidak tidur semalaman karena menunggu chat dari kekasihnya namun sama sekali tidak ada. Tidak seperti Elang biasanya, rutinitas sebelum tidur mereka akan chattingan sampai salah satu dari mereka tertidur duluan. Namun malam tadi sama sekali tidak ada.
Kana hampir saja ketiduran di bis, jika ketiduran ia akan sulit dibangunkan dan alhasil ia tidak masuk sekolah.
Kana masuk ke dalam gedung sekolah. Suasana sekolah sudah sangat ramai, banyak siswa yang sedang bermain lempar kertas di koridor, ada yang sedang piket di kelasnya masing-masing, siswi gerombolan yang sedang mengobrol dan ada juga yang sedang PDKT.
“Duh sorry telat!” ucap Kana menyimpan tasnya lalu segera mengambil sapu di pojok kelas. Hari ini adalah jadwal piketnya, seharusnya Kana datang dari jam 7 pagi namun karena kesiangan ia baru sampai pukul setengah 8.
“Tumben telat.” Ujar Dini, gadis berkacamata yang sedang mengelap kaca.
“Iya, gue enggak bisa tidur semalam. Oh iya, pengki di mana sih?”
“Di pinjem kelas sebelah Na,” jawab Lili.
Kana menyimpan sapu yang ia pegang, dan berjalan menuju kelas sebelah yang sudah sangat ramai.
Kana dengan hati-hati mengetuk pintu kelas.
Pintu terbuka, seorang pria tinggi berkacamata yang tidak lain adalah Elang berada di hadapannya dengan wajah datar. “Ya?”
“Saya mau ambil pengki yang dipinjam,”
Elang mengambil pengki yang tersimpan di belakang pintu dan memberikannya kepada Kana.
“Makasih,”