“Kana, lo pasti pegel ya berdiri terus di luar?” tanya Mikha sambil memijat pundak Kana sementara Ayu memberikan minum kepada gadis mungil itu.
“Lo sih kalau buka HP itu lihat-lihat dulu, kalau ada guru lo harus buka di kolong meja bukan terang-terangan kayak tadi. Aduh gue tuh antara pengen ketawa sama kasihan lihat lo!” ujar Mikha tertawa.
Kana hanya diam, kakinya terasa pegal karena hampir satu jam lebih ia berdiri di depan kelas, belum lagi suasana hatinya yang sedang tidak ingin bercanda. Ia hanya ingin pulang, menyendiri dan mendengar penjelasan dari Elang.
Apakah benar Elang selingkuh?
“Eh, gimana kalau pulangnya kita karaoke? Gue yang traktir deh!” ujar Ayu.
“Yuk! Na, gimana?”
“Gue cape, mau pulang aja.”jawab Kana lesu dan berdiri.
“Mau ke mana?” tanya Mikha
“Mau ke kantin,”
“Tapi sebentar lagi guru datang!” ucap Ayu sedikit bingung dengan tingkah laku Kana. Apa sahabatnya sedang ada masalah? Perasaan tadi pagi sahabatnya ini ceria.
“Enggak peduli.” Gumam Kana dan keluar dari kelas.
“Eh gue juga ikut!” ucap Mikha diikuti Ayu yang menyusul Kana.
Kana, Mikha dan Ayu berjalan menuju kantin yang cukup kosong karena ini jadwal kelas masuk jadi wajar saja jika kantin lowong.
Kana memesan mie instan dan jus sementara Mikha dan Ayu hanya membeli es krim.
“Lo lagi lapar ya?” tanya Mikha melihat Kana makan dengan lahap. “Perasaan tadi pas istirahat lo makan siomay,”
Kana mengacuhkan pertanyaan Mikha. Ia menambah sambalnya padahal kuah mie sudah berwarna merah.
Ayu meneguk ludah merasa mual dengan mie penuh sambal milik Kana.
“Lo lagi ada masalah ya?” tanya Mikha lagi. “Udah jangan ditambah sambalnya, lo mau kena ambeien apa?” Mikha menyingkirkan sambal dari Kana.
“Eh Kha, itu pacarnya si juara!” tunjuk Ayu pada gadis berkacamata yang baru saja melewati kantin.