Tangannya menari indah. Di atas tuts-tuts piano hitam putih dengan penuh penghayatan. Dua bulan lalu, ia genap 17 tahun. Tapi dua bulan lalu juga sweet seventeennya menghujam penuh luka. Ia sakit. Sangat sakit dengan luka lebar itu.
Lagu Symphony of Sorrowful Songs mengalun atas kendalinya yang penuh emosi. Mungkin mengalahkan Henryk Gorecki sebagai pemain aslinya.
Hingga gerakan tangannya terhenti lalu nada kelima menjadikannya sebagai penutup. Tepuk tangan riuh menyambut gadis itu. Kepalanya terangkat sambil menyunggingkan senyum palsu setelah telapak tangan menghapus jejak aliran sungai di matanya.
Ia turun. Seorang mc yang berdiri di bawah panggung memberinya dua jempol. "Kau selalu hebat, Fa. Super goed. Tak ada yang tak berdiri menyambutmu,"
Gadis itu mengedipkan mata sebagai balasan, tanpa berhenti melangkah. Namun setelah itu, senyuman manisnya luntur. Sunyi sepi seperti ini adalah hal terindah baginya. Karena ia tak perlu lagi menutupi rasa yang terpatri dalam hati.
Huhh
Lelah....