Suri melambai pada Lalita ketika mereka berpisah di pintu samping hotel. Dia menuju parkiran untuk mengambil motornya dan Suri menuju mobil merah di mana Raka menunggunya.
“Hati-hati, La.”
“Iya, Kak,” Lalita mengangguk.
Suri mengajari Lalita untuk memakai baju biasa yang nyaman dari rumah alih-alih langsung mengenakan seragam mereka yang mengekspos paha itu. Suri sayang pada Lalita. Dia sudah menganggap Lalita sebagai adik sendiri dan sangat respek dengan semangat, integritas dan etos kerja yang Lalita tunjukkan selama menjadi partner Suri. Selain itu anaknya juga tidak ganjen dan kecentilan pada tamu meskipun wajahnya manis. Sudah jadi rahasia umum jika anak-anak receptionist dan waitress kadang terlalu gampang digoda tamu atau malah sengaja agresif menggoda tamu-tamu yang datang. Sikap seperti itu sangat tidak berkelas di mata Suri. Too cheapy.
“Hai, Sayang,” Suri menyapa Raka seraya membuka pintu mobil dan masuk untuk kemudian duduk di jok penumpang. Seketika tercium olehnya bau harum parfum Raka. Agak berbeda dari biasanya.
“Haii.. Capek ya?”
Suri mengabaikan pertanyaan retoris Raka karena lebih tertarik untuk mencium gemas pipi kekasihnya itu. Demi Tuhan, aku rindu sekali padanya, batin Suri. Sejenak dia tepis perasaan tak nyaman yang timbul dari pertanyaan Veronica soal gadis bank tadi siang.
“Eits,” Raka menjauhkan wajahnya dari bibir Suri yang sudah maju sekian sentimeter seraya mengangkat tangannya sebagai tameng, “bukan muhrim,”
“Mahram, kali. Bukan muhrim,” kata Suri sedikit kesal lalu memukul pundaknya, “belajar bahasa tuh yang bener makanya.”
“Bercanda kok, Sayang. Aku masih keringetan ini.”
“Nggak bau kok, malah harum. Parfum kamu ganti ya?”
“Eh, iyaa, aku ganti parfum. Bosen soalnya,” Raka melajukan mobilnya keluar dari lokasi hotel Pillow untuk menuju jalan raya.
“Mama kamu gimana?” Suri melupakan rasa kesal karena tak diijinkan untuk mencium pacar sendiri. Sebenarnya sudah beberapa bulan ini Raka selalu menghindar ketika gadis itu menginginkan sedikit kemesraan. Entahlah, mungkin dia sedang frigid, batin Suri kesal.
“Alhamdulillah, Mama udah sehat, kok,” udah bisa aktifitas kayak biasanya.
“Lho kok cepet banget sembuhnya, kan baru tadi pagi dibawa ke UGD?”
“Eh...mmm...lha memangnya kamu berharap mama aku sakitnya lama?”