My Short Stories Journey

Ratih Farida
Chapter #1

Snow On The Sahara

Suasana cafetaria salah satu kampus di California saat itu terlihat ramai. Keramaian itu dikarenakan waktu yang sudah menunjukkan pukul 12 siang, menandakan waktu makan siang telah tiba bagi para mahasiswa dan mahasiswi. Salah satu mahasiswi dengan helaian rambut panjang hitam lurus, warna kulit hitamnya yang mulus tampak mengantri untuk mendapatkan santapan siangnya. Gadis itu tentunya memiliki nama lengkap Chantal Fielies. Chantal kini memajukan langkahnya untuk memesan santapan siangnya. Dirinya kemudian terlihat hanya mengambil sebungkus es krim, makanan favoritnya.

“Wah, jadi ini si gadis aneh itu” Salah seorang gadis berambut pirang datang menghampiri Chantal sembari menyenggol bahunya seperti dengan sengaja, lantas Chantal pun secara refleks menjatuhkan sebungkus es krimnya dengan tidak sengaja. “Seorang gadis yang selalu menceritakan hal yang sama di kelas bahasa inggris” Gadis itu masih membicarakan sosok Chantal pada khalayak ramai disana, seperti berusaha mengejeknya. “Dongeng yang sama mengenai salju yang akan turun di gurun SAHARA” Si pirang itu kemudian mendekatkan wajahnya pada Chantal dengan senyuman miring. “Oh tuhan, yang benar saja!” Kemudian gadis itu meledakkan tawanya yang diikuti tawa orang-orang yang berada di cafetaria.

Lelucon itu bagi Chantal pastinya tidak lucu namun nampaknya menurut pandangan orang di sekitarnya itu sangatlah lucu. Terbukti dari tawa yang membahana di dalam ruangan tersebut, dan Chantal hanya menanggapi ejekan itu dengan ekspresi biasa saja meskipun sebenarnya dirinya merasa malu.

“Lalu apa salahnya jika seseorang menceritakan sesuatu yang terbilang mustahil seperti, salju yang akan turun di Sahara setiap tahunnya?” Di tengah ejekan yang dialami Chantal, tiba-tiba datanglah seorang lelaki berparas latin yang sangat kental. Bagi Chantal, lelaki itu sepertinya adalah penyelamat yang mungkin mampu mengeluarkannya dari kondisi buruk saat ini. Lelaki itu adalah Damon Rodriguez.

Chantal sebenarnya memang sedikit mengenal lelaki itu ketika berada di kelas sastra, tapi gadis itu berpikir mungkin saja Damon tidak mengenalnya atau mungkin tidak mau. Tentu saja, Chantal berspekulasi seperti itu karena dirinya tahu jika semua orang selalu menjadikannya bahan lelucon ataupun banyak yang berusaha tidak ingin mengenalnya. Semua itu pastinya dikarenakan faktor cerita fiksi yang selalu diceritakannya setiap tahun ketika membahas pelajaran sastra inggris.

Chantal telah mengenalkan sebuah cerita fiksi konyol mengenai salju yang akan turun di Sahara sembari memperagakan lelehan es krim miliknya di depan kelas seolah-olah salju itu benar-benar turun dari atas langit Sahara dengan miniatur yang dibuatnya sendiri. Semua temannya kemudian berpendapat bahwa Chantal adalah orang aneh dan tak jelas. Dan Chantal hingga kini masih saja tidak mengerti mengapa semua orang bisa beranggapan seperti itu padanya. 

“Tentu saja itu adalah kesalahan, karena kau tahu? di dunia ini tidak ada hal mustahil seperti itu yang akan terjadi” Gadis pirang itu menanggapi pernyataan Damon dengan sedikit sinis.

“Oke, hal mustahil yang tak’kan terjadi” Damon terlihat menganggukkan kepalanya seperti berusaha sedikit menyela pernyataan janggal gadis itu. “Karena kau tahu? Hal-hal mustahil memang hal yang susah terjadi. Maka dari itu, dinamakan mustahil dan kau baru saja menyatakan hal yang bahkan semua orang pun sudah tahu. Dan kurasa kau tidak perlu memperjelasnya lagi karena kita semua tidak bodoh” Damon menampakkan senyum seperti, itu adalah senyuman yang memancarkan sedikit kemenangan sesaat lagi. Gadis pirang itu terlihat sedikit jengkel karena sepertinya tatapan mengancam maupun kesal dari orang-orang disekitar cafetaria itu perlahan mengarah padanya. Tatapan itu mengindikasikan bahwa mereka semua tentunya tidak bodoh, dan mereka tidak terima dengan pernyataan yang meremehkan berasal dari gadis sombong tersebut. “Lalu apa kau tahu makna dari kata FIKSI, nona?”

“Ya, maknanya adalah persetan dengan kau” Gadis pirang itu berujar teramat sinis kemudian pergi dengan kekalahan telak, dan Damon pun tersenyum kemenangan. Sementara orang-orang di dalam cafeteria itu menyoraki kepergian si pirang.

“Kau tidak apa-apa?” Damon menanyakan keadaan Chantal.

“Ya, seperti yang kau lihat” Chantal tersenyum ramah pada Damon. Lelaki itu pun membalas senyuman Chantal.

“Baiklah, kau mau es krim?” Damon menawarkan es krim pada Chantal. “Maksudku, sekotak es krim” Damon bergurau pada Chantal. Lantas gadis itu menyadari gurauan Damon yang seperti berusaha mengatakan kali ini adalah sekotak es krim bukan sebungkus lagi.

Lihat selengkapnya