My Short Stories Journey

Ratih Farida
Chapter #3

Perfect

Pagi hari menjelang siang, waktu menunjukkan pukul sebelas. Cuaca diluar ruangan pun sudah mulai terik, matahari seperti tengah bersiap-siap mendekati puncaknya sekitar satu jam lagi. Di dalam ruangan sendiri memanglah disediakan fasilitas AC namun sepertinya keriuhan manusia benar-benar mampu mengalahkan hawa dingin yang diciptakan oleh sang pendingin ruangan, hawa panas terasa begitu menyeruak.

Dan disinilah aku, sesosok novelis wanita yang bagi kebanyakan orang namanya tengah melambung tinggi di puncak popularitas, tampak terduduk manis menghadapi hampir beberapa ratus orang di dalam gedung, mengadakan salah satu rutinitas berupa meet and greet. Dikarenakan hari yang sudah mulai siang, hawa panas mulai menggerayangi tubuhku. Lantas ku segera mengambil beberapa tisu untuk sekadar mengusap tetesan keringat yang perlahan meluncur bebas di dahi. 

Satu per satu peserta atau mungkin bisa dibilang para penggemarku mulai berdatangan menuju meja dimana ku berada, sesaat acara puncak berlangsung. Beberapa dari mereka berdatangan hanya untuk sekadar meminta tanda tangan, adapula yang meminta foto diriku bersamaan dengan mereka, dan kebanyakan dari mereka meminta kedua hal tersebut, berupa meminta tanda tangan serta foto bersama. Antusias mereka bagiku memang patut diacungi jempol, dikarenakan dukungan dari mereka semua mungkin acara meet and greet ini tidak akan berlangsung sukses. Dan kesuksesan yang kudapat saat ini mungkin tidak akan terjadi bila seseorang yang dahulu selalu ada disampingku tidak memberiku dukungan lebih, dukungan yang sangat berarti bagiku..

 “Hello, Angel Sanchez” suara berat khas seorang lelaki tiba-tiba memanggil nama lengkapku. Sontak ku mulai tersadar dari lamunan sesaatku tadi, mengenai seseorang yang berarti dalam hidupku. Seseorang yang sekarang tak pernah lagi ku dengar kabarnya.. seseorang yang selalu ada dalam suka dan duka. Kini ku mengambil kesimpulan bahwa aku merindukan seseorang itu.. Dia adalah sahabat ku, Sahabat Sejatiku.

“Iya, ada yang bisa kubantu..” Ku menolehkan kepala menuju sosok lelaki yang tadi memanggilku. Seketika itu pun aku terdiam, awalnya ku terkejut namun entah mengapa hatiku kini merasa senang mungkin terharu pula menemui sosok lelaki dihadapanku ini. “Kau??”

Lelaki itu pun tampak tersenyum manis padaku. “Senang bertemu lagi denganmu”

***

Nuansa bintang yang menampilkan kerlap kerlip di atas langit pada malam ini sungguh sangat menakjubkan. Cuaca malam hari saat ini tampak begitu cerah, bulan pun sepertinya tak mau kalah dari berjuta-juta bintang di langit, untuk sekadar menerangi bumi. Di bawah langit pun aku merebahkan tubuh ini berdampingan dengan seseorang yang sangat berarti bagiku, tuk sekadar menikmati indahnya malam. Angin pun secara tiba-tiba berhembus perlahan, membuat rumput-rumput hijau yang tumbuh memanjang membelai sekitar area telinga luar milikku. Rambut hitam panjang milik seseorang disampingku pun ikut terkibas perlahan dikarenakan hembusan angin sepoi-sepoi, yang membuatnya entah mengapa terlihat indah. Tubuh gadis itu kini telah bangkit dari posisi terlentangnya semula, dirinya terlihat duduk sembari menengadahkan kepalanya lagi ke arah langit.

“Malam ini sangat indah. Terkadang aku selalu berharap jika suatu saat nanti aku bisa menggapai langit indah ini..”

Kini ku beralih posisi menjadi duduk namun pandanganku terarah pada sosok gadis disampingku. Akupun membalas ucapan gadis ini dengan nada terdengar mengejek.

“Lalu kenapa kau tidak mencoba saja meraihnya, nona??”

“Hha, kau ini bodoh! selalu saja tidak mengerti peribahasa yang ku ucapkan??"

Angel Sanchez, itulah nama gadis yang kini berada disampingku, gadis yang tengah menjadi lawan bicaraku saat ini. Dia telah menjadi sahabatku semenjak ku duduk di sekolah menengah pertama hingga kini rupanya kami selalu dipertemukan, ketika aku dan dirinya sama-sama menginjak bangku kuliah. Kami pun sama-sama mengambil jurusan yang serupa yaitu desain komunikasi visual. Meskipun mengambil jurusan yang sama, rupanya tidaklah membuat diriku dan Angel memiliki mimpi yang serupa. Menurut kebanyakan orang berpendapat bahwa kita berdua tampak lah serupa tapi tak sama. Dan entah mengapa sampai saat ini aku tidak begitu paham dengan peribahasa yang dilontarkan oleh kebanyakan orang. Mungkin aku terlihat bodoh karena tidak memahami ungkapan tersebut, tapi satu hal yang selalu terlintas.. apakah aku dan Angel memang serupa tapi tak sama yang pada akhirnya akan berujung pada hal seperti hanyalah sebatas sahabat?? Entahlah.. mungkin waktu yang akan menjawab semuanya..

“Hey, Chase kenapa kau diam??” Angel menyahutku, dikarenakan aku yang secara tiba-tiba melamun memikirkan hal yang mungkin tidaklah begitu penting.

“Umm, tidak apa-apa mungkin aku hanya mengantuk” Aku pun berbohong yang mungkin bagi Angel terdengar bodoh alasannya, alhasil membuatnya tertawa.

“Kau ini, Chase Simons benar-benar tidak bisa berbohong padaku! Aku telah mengenalmu sejak SMP!”

“Ya oke. Jadi apa maksud pembicaraanmu tadi, nona??” Aku pun segera berbicara pada inti perbincangan semula.

“Jadi, kau tidak benar-benar mengerti maksud ucapanku??” Tatapan Angel tampak menyelidik atau mungkin lebih tepatnya sok menyelidik.

“Tidak, nona yang selalu benar dan jenius!” Aku pun berbohong lagi sambil bercanda namun tampaknya dia mempercayai ucapanku yang satu ini.

“Hmm oke” Angel tampak menghembuskan nafasnya. Mimik mukanya berubah seketika menjadi terlihat sedih entah mengapa. “Kau tahu aku sangat ingin menggapai impianku.. hingga menyentuh langit? Mungkin..”

“Aku tahu itu, nona puitis. Lalu kenapa tiba-tiba kau menjadi sedih seperti ini??”

Pandangan Angel yang tadi mengarah padaku perlahan berubah, dirinya kini menunduk lesu. Dirinya tampak menghembuskan nafas lagi sebelum berucap. “Orang tuaku tidak suka jika aku menjadi seorang penulis.. bagi mereka pekerjaan seperti itu tidak banyak menguntungkan bahkan menghabiskan banyak waktu..”

Tanganku kini menggapai bahu Angel, berusaha membuat dirinya berhadapan lagi denganku, menatap setiap inci wajah serta mata coklat madu indah miliknya yang mulai dibasahi buliran bening. Lensa mata biru ku kini berhadapan dengan miliknya seolah-olah ingin menghipnotis dirinya agar menjadi seseorang yang optimis...

“Dengarkan aku Angel, mungkin mereka memang tidak menyetujui cita-cita yang sangat ingin kau kejar itu.. Tapi percayalah, aku disini yang akan selalu mendukung keinginanmu selama hal-hal itu bersifat positif untukmu..” ku berhenti sejenak untuk melanjutkan kata-kata yang bagiku sangat berat untuk diungkapkan. Perlahan-lahan posisi tanganku berpindah menyentuh pipi mulus Angel, kemudian mengusap air matanya yang mulai jatuh membasahi pipi. “Karena itulah gunanya Sahabat..”

Angel kini tampak tertawa, masih berlinangan air mata kemudian perlahan menyingkirkan kedua tanganku dari pipinya. “Kau ini, dasar tuan sok romantis!” Angel kembali mengejek seperti berusaha terlihat tegar serta mengembalikan suasana ceria semula.

“Dan kau adalah nona puitis yang kini berubah menjadi nona dramatis! Lihatlah air matamu itu!!” Ku membalas ejekan Angel kini diiringi tawa keras.

“Heh, itu tidak lucu!” Dirinya terlihat mengusap air mata. “Tapi terima kasih untuk segalanya tuan Chase Simons” Angel kini mengembangkan senyumannya padaku.

“Iya, tidak apa-apa nona Angel Sanchez” Aku membalas senyumannya sembari mengacak-acak rambutnya. Angel tampak mengerucutkan bibirnya ketika mendapat perlakuan seperti itu, tak segan dirinya pun merapikan rambutnya. Aku pun hanya terus tertawa melihat tingkah lucunya itu, Angel pun membalasnya dengan wajah tertekuk kemudian memukul lenganku layaknya seseorang yang benar-benar marah. Malam ini benar-benar terkesan indah, terlebih jika bersamanya. Ku selalu berharap bila keindahan malam ini bersamanya tidak akan pernah berakhir. Selamanya..

***

Semoga hari-harimu selalu menyenangkan!

Jangan lupa untuk tetap tersenyum bidadariku! :)

Lihat selengkapnya