MY SHY BOY

Rexha Shaqueena
Chapter #3

Sekolah

SMA DWITYA TAMA

Sebuah mobil hitam mewah ter-parkir di depan sekolah, sebuah payung hitam yang baru dibuka keluar dari mobil itu, Nathan turun dari mobil dengan mengenakan jaket hitam dengan kepala yang tertutup oleh tudung jaket beserta topi hitamnya, dan tidak lupa masker hitam yang ia pakai untuk menutupi wajahnya. Nathan berpikir dengan cara seperti ini dia akan mampu melindungi dirinya, namun dengan tampilannya seperti ini ke sekolah, apalagi memakai payung, padahal sudah masuk ke dalam koridor sekolah tanpa menutup payungnya, ini terlihat tidak WARAS.

Semua orang menatap Nathan tanpa berkedip sama sekali melihat pemandangan yang tidak biasa. Mana ada orang memakai payung di dalam ruangan, kalau bukan orang 'gila'? Tapi, mereka tidak bisa menyangkal bahwa laki-laki yang berjalan ini merupakan orang yang tampan, dengan kulitnya yang putih da cemerlang, meski wajahnya tertutup setengahnya, para gadis akan menggila melihatnya.

Nathan merasa dirinya ada dalam bahaya, semua orang melihatnya dan merasa sangat risi dengan tatapan-tatapan mereka. membuatnya merasa gugup dan hal negatif lainnya.

Apakah ada yang salah dengan saya? Saya harus cepat-cepat pergi ke kelas sebelum orang-orang itu ada yang menyapa atau bahkan menyentuh saya.

Nathan mempercepat langkahnya, dia mencari kelas XI IPA 3, namun karena pertama kali ia kesini, terasa cukup sulit mencari kelasnya, terlebih lagi orang-orang di sini semakin berhamburan keluar dari kelas, untuk melihat murid baru yang cukup tidak biasa, apalagi gerombolan siswa laki-laki yang terlihat cukup tua untuk dibilang siswa SMA tingkat akhir pun, dan ya, mereka adalah troble maker di sekolah ini, dan kabar bahwa dia tidak pernah lulus dari SMA ini menyebar dan da dikenal sebagai siswa abadi, dan ada kabar burung kalau dia masih tidak lulus tahun ini, dia akan dipaksa keluar dengan tidak hormat apalagi jika membuat onar lagi, tidak tahu bagaimana nasibnya.

"Bro, lihat! Dia orang gila macam apa, coba?" tunjuk salah satu anak buahnya yang merujuk ke Nathan.

BAGAS, si ketua geng Siswa Abadi ini dengan sengaja menghalangi jalan Nathan, berharap mungkin dia akan berhenti. Namun, tidak. Nathan malah memaksa maju dengan payung yang masih terbuka itu dan mendorong Bagas mundur dari hadapannya.

"Orang GILA! Ngajak ribut, ya, lo!" Bagas merebut paksa payung hitam yang masih Nathan pegang, "Anjing!" dan melemparkan payung itu ke belakang.

Jujur, Nathan merasa dirinya gentar, tapi dia akan semakin bermasalah jika orang tidak beradab ini menyentuh dirinya. Bagas mencoba mencengkeram tubuh Nathan, yang sebenarnya lebih tinggi darinya, hanya berbeda dari bobotnya saja, tapi dengan lihai Nathan menghindarinya percobaan yang berulang itu, membuat Bagas merasa semakin dipermainkan.

"Pengangin, dia! Diem aja lu pada. Gak guna!" titah Bagas. Anak buahnya itu mulai bergerak menangkap Nathan.

Dia mencoba membebaskan diri dari cengkeram kuat mereka.

Saya yakin, saya bisa bertahan asal mereka tidak menyentuh kulitku.

Ini pilihan saya, ini keputusan saya. saya harus kuat.

Bagas yang mendekati Nathan dengan nafas terengah-engah yang memendam emosi, melepaskan tudung jaket hitam Nathan, dan ia mulai merasakan keselamatan dirinya terancam dan mulai memaksa melepaskan diri dari anak buah Bagas. Namun, mereka terlalu banyak dan bagas mulai membuka satu per-satu perlindungan Nathan. Dimulai dari topinya dan kemudian menarik maskernya dengan kasar, membuat Nathan semakin takut.

Semua orang bilang, bahw setiap pilihan pasti ada risiko yang harus diterima.

Dan ini baru permulaan.

Mama, tunggu perjuangan aku.

Semua orang terutama siswa perempuan malah terfokus pada ketampanan Nathan, dan semuanya heboh.

"Jangan berani sentuh, saya!" kalimat itu muncul dari Nathan dengan susah payah.

"Apa?" Bagas merasa geli dengan perkataan Nathan yang dilanjut dengan gelak tawa, "JIJIK! Gue bukan mau nyentuh lo, tapi nih, rasain!" Bagas melayangkan tinjunya ke wajah Nathan tanpa aba-aba. Anak buahnya melepaskan Nathan yang wajahnya sudah menjadi lebam dan sudut bibirnya sobek. Nathan yang terduduk di lantai dengan rasa yang membuatnya agak pusing itu, dikagetkan dengan tangan Bagas yang mencengkeram rahangnya.

Lihat selengkapnya