My Soulmate

Mizan Publishing
Chapter #3

My Soulmate

Ferlin dan Minda, si Dua Sahabat, begitu senang Minggu pagi itu. Ferlin, si Pinky, sukanya warna pink, tetapi sangat senang kalau disebut anak tomboi. Dia sering bergaya menggunakan bahasa Inggris, mata pelajaran sekolah yang dia sukai. Dan ... Minda, si Tomboi asli karena dia lebih suka mengenakan celana daripada rok. Selain itu, Minda punya banyak koleksi mainan anak laki-laki, seperti Batman, Spiderman, dan Power Rangers.

Mereka sering dipanggil teman-temannya

“si Dua Sahabat” karena mereka senang bermain bersama dan sangat kompak. Mereka tak pernah bertengkar, suka saling menolong.

Mereka membuat janji persahabatan bersama-sama.

Janji Persahabatan:

  1. Selalu bermain bersama.
  2. Tidak akan pernah bertengkar.
  3. Saling menolong.
  4. Tidak boleh menghancurkan persahabatan.

***

Setelah lama bermain, mereka kecapekan. Hari sudah mulai siang. Matahari pun sudah tinggi.

“Fer, kamu capek ...?” tanya Minda yang kelihatan capek sekali. Keringatnya banyak keluar.

“Yaaa, iyalah ... of course .... Kalo kamu, capek atau nggak?” Ferlin balik bertanya.

“Yaaa, sama ... aku juga capek ...,” jawab Minda tersenyum.

“Eh ... kita duduk-duduk di kursi dekat pos satpam yuk ...,” ajak Minda kemudian. Dia menunjuk kursi yang berada di bawah pohon keres di dekat pos satpam.

 

“Ayooo ... let’s go! ” jawab Ferlin menyetujui. Mereka berdua berjalan ke tempat itu. Mereka duduk-duduk di kursi itu sambil minum lemon tea kotak milik Minda yang sudah dibawanya tadi.

Tiba-tiba, ada mobil Kijang hitam datang memasuki kompleks perumahan mereka. Di belakangnya, ada dua mobil pengangkut barang-barang. Mobil pengangkut barang itu membawa kulkas, sofa, kursi, meja, kasur, mainan anak-anak, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lainnya.

“Mungkin ada orang pindahan rumah ...,” celetuk Ferlin.

“Eh ... sepertinya ada tetangga baru, ya ...?” tanya Minda kemudian, sambil membuka bungkus plastik wafer cokelatnya.

“Em ... sepertinya, iya ...,” jawab Ferlin. Dia mengangguk pelan tanda ragu sambil mengambil lemon tea kotak dari dalam tas kresek hitam untuk diminumnya.

“Srut ... segar ... segar ...,” gumam Ferlin sambil menyedot lemon tea-nya ....

“Eh ... kalo ada anak perempuannya, aku pengin kenalan, biar dapat teman lagi ...,” kata Minda kemudian dengan wajah tampak kegirangan ....

“Hahhh ... eh, iya juga, ya ... biar nanti punya teman baru,” lanjut Ferlin kemudian sambil melihat Minda dengan tersenyum.

Sesaat kemudian, mereka cepat-cepat menghabiskan makanan yang masih mereka kunyah dan minumannya.

“Ayo ... cepat ...!” kata Minda kemudian dengan gaya seperti jagoan. Dia sudah menghabiskan snack-nya.

Tak lama setelah itu, mereka mengikuti arah mobil Kijang hitam itu pergi.

Lihat selengkapnya