My Story

Ira A. Margireta
Chapter #10

10. Kenapa dengan diriku?

Aku berjalan lelah, tidak semangat seperti biasanya. Aku melihat dia bermain manja dengan perempuan itu. Dia bisa melupakanku, kenapa aku tidak bisa melupakannya. "Aku pasti bisa, pasti bisa," aku menyemangati diriku sendiri.

***

Aku masuk kelas, dan aku melihat Rika sudah duduk bermain dengan ponselnya. Akhir-akhir ini aku dengan Rika dalam hubungan yang tidak baik. Aku tidak menyapa seperti biasanya. 

"Apa kalian bertengkar?" tanya Imel.

"Lebih baik kalian baikan, buat apa bertengkar lama-lama," kata Aurel yang fokus ke buku. 

Aku menoleh ke belakang, kelihatannya dia gak mau aku ajak ngobrol. Aku memakai headset dan mendengarkan lagu. Melipat tanganku dan kepalaku tidur diatasnya.

Belum lama kemudian seseorang menyenggol mejaku hingga membuatku kaget. Anak-anak berlarian masuk, sepertinya Bu Guru sudah datang. Aku masukkan headset dan ponselku di dalam laci. Bu guru masuk dengan seorang siswa baru. Saat aku melihatnya aku terkejut.

"Sapu tangan," kataku. 

"Pagi semua."

"Pagi Bu," jawab siswa siswi serentak.

"Hari ini kita punya teman baru, kenalkan dirimu," kata Bu Guru sambil tersenyum. 

"Namaku Aril, aku baru pindah dari jakarta, aku harap kedepannya kita menjadi teman baik, salam kenal semuanya."

Dia begitu dingin, saat memperkenalkan diri aja kaku gak ada senyumnya sama sekali. 

Dia duduk di pojok kiri belakang. Aku tak menyangka bisa bertemu dia lagi.

 

Pelajaran dimulai semua fokus dengan arahan Bu Guru. Hari ini ada kuis kimia, tapi diganti dengan soal. Dan soal itu terdiri dari 25 soal dan itu selesai gak selesai harus dikumpulkan tepat waktu. 

Tik tok tik tok

Waktu tetap berjalan. Sudah setengah jam, setengah jamnya lagi bell akan berbunyi. Aku sudah selesai mengerjakan soal. Tapi, aku melihat Rika begitu susah, dia memang tidak ahli dalam bidang ini. Dia begitu ahli dalam biologi, aku ingin sekali membantu. Tapi, sepertinya dia akan menolaknya.

KKKRRRIIINNNGGG!!!! KKKRRRIIINNNGGG!!!!

Bell istirahat berbunyi, anak-anak semua pada keluar kelas.

“Ayo cepat kumpulkan! Waktu sudah habis! Tidak ada yang mengumpulkan, nilai kosong!” kata Bu Guru.

Aku sudah mengumpulkan. Aku melihat Rika begitu gelisah.

“Terimakasih semua, kalian boleh istirahat,” kata Bu Guru yang kemudian keluar kelas.

 Aku melihat Aril begitu sibuk main ponsel dengan headset di telinganya. Rika keluar kelas tanpa mengajakku, apa dia masih marah. lebih baik aku biarkan saja dia, jika aku menyusulnya takutnya aku malah mengganggunya. Di kelas cuma hanya beberapa orang, aku mulai membaca buku sambil mendengarkan musik.

***

Suasana hatiku sepi gak ada Rika disisiku. Hari ini sedikit yang datang kesini, dan bisa kuhitung saking sedikitnya. Kucari buku kimia yang akan aku pelajari. Aku berjinjit agar kesampaian dalam mengambil buku, begini susahnya jadi orang pendek. Tangan tak sampai dari tadi bikin tangan pegel-pegel. 

"Ini," kata seseorang, buku yang akan kuambil berada didepanku. Dia, maksudku Aril mengambil buku untukku. 

"Makasih."

Dia pun langsung pergi, aku merasa hawa dingin masuk ditubuhku. Aku iri, tingginya mungkin kira-kira 175 sedangkan aku 160 aja gak nyampek. Huuu pendeknya aku, tapi aku harus bersyukur aku pendek.

Aku duduk dekat jendela, entah kenapa aku sangat suka jika dekat-dekat jendela. Rasanya nyaman gitu aja sih. 

Lihat selengkapnya