Aku melihatnya bermain basket di lapangan. Dia sangat tampan, apalagi saat mengibaskan rambutnya. Banyak perempuan di dekatku yang meneriaki namanya. Aku hanya terdiam malu, mereka terlihat cantik, sedangkan aku jelek
"Sayang!"
Aku langsung mengarah mataku kepadanya, mataku membesar.
"Minum, aku haus," katanya.
Tapi aku, melihat kanan kiri yang menatapku sinis. Dimas sudah datang di depanku, dia mengambil minuman yang sedang aku pegang. Kepalaku perlahan menghadap ke depan dan tiba-tiba dia mencium pipiku. Aku terkejut dan menyentuh pipiku. Dia pun mencubit hidungku, dan kembali lagi bermain. Apa ini? Apa ini mimpi? Aku dibuat membeku olehnya. Aku senyam senyum sendiri.
Pertandingan telah selesai.
"Ini pacarmu bro!" kata temannya sambil menyeka keringatnya.
"Kenapa?" jawab Dimas yang duduk di bawah.
"Cantik amat, bagi dong," kata temannya yang satunya, yang barusan minum.
"Enak aja bagi-bagi, emang makanan, dibagi-bagi," jawab Dimas.
"Eh.. Kumpul yok!" kata laki-laki berambut messy hair.
"Gak bisa.. Gue lagi ada acara," jawabnya, sambil matanya, seperti mengkode.
"Acara apa acara nih?? Ya udah, besok kita tunggu seperti biasanya," kata temannya.
"Ok!" jawab dimas.
"Aku duluan," kata laki-laki berambut messy hair.
Semua teman-temannya pulang duluan, dan sekarang tinggal aku sama Dimas. Cewek-cewek yang lihat tadi pada diusir sama teman-teman Dimas.
"Ayo," katanya. Aku masih diam. "Mau sampai kapan kamu disini?"
"Oh iya, ayo,"
"Bau ya keringetku?" katanya sambil membawa tasnya.
"Nggak," jawabku.
"Enggak?" dia menyeka keringat di ketiaknya menggunakan tangannya dan di kasih ke aku. Aku langsung lari, lalu Dimas mengejarku.
***
Aku dan Dimas jalan-jalan di pasar malam. Aku dibelikan permen kapas, rasanya manis banget.
"Aku minta dong," katanya. Aku berikan ke dia, tapi malah dimakan separuh, enggak separuh sih, malah hampir habis.
"Ihhh, kok dimakan semua sih!" kataku kesal.
"Kan masih ada tuh,"
Aku mulai ngambek dan gak makan permen kapas lagi
"Ngambek nih.. Ya udah aku beliin lagi."
"Gak usah!" kataku kesal.
"Eh lihat tuh ada biang lala, kesana yuk!"
"Aku takut ketinggian."
"Kan ada aku."
Dan akhirnya aku dan Dimas naik bianglala. Aku menggenggam erat bajuku, dan mataku merem. Aku paling takut naik wahana ini, apalagi kalau tiba-tiba berhenti pas di atas.
Jari jemariku dipegang oleh Dimas, dan itu membuat mataku melek kembali. Dia menyuruhku untuk memegang tangannya. Bianglala mulai bergerak dan seketika aku menjerit. Yang tadi aku memegang tangannya, sekarang aku memeluk erat dari samping. Tangan dimas merangkulku, sebagian aku merasa tenang, sebagian aku merasa takut. Rasanya campur aduk.
Setelah selesai naik wahana itu, kakiku mulai keram.
"Kamu gak papa?" tanya Dimas.
"Lihat nih, aku gak bisa jalan, kan aku udah bilang, kalau aku takut," kataku sambil duduk diatas rumput.
"Iya iya aku minta maaf.... Sini aku gendong," katanya, dia berjongkok di depanku.
"Aku bisa jalan kok," kataku sambil memijat kakiku.
"Katanya keram.. Ayo, Gak papa, aku gendong."
Terpaksa aku pun naik ke tubuhnya.
"Aduh berat banget sih," katanya. Tanganku langsung menarik rambutnya.
"Aduh duh duh," kata Dimas. "Jangan ditarik rambutku."
***
Pagi hari, cuaca sangat cerah. Aku bersiap mau berangkat ke sekolah. Sekarang aku makin percaya diri dengan memakai lipstik pemberian dimas. Warna nude yang cocok pada bibirku.
Tin tin tin