My Story

Ira A. Margireta
Chapter #16

16. Please stop my heart

Hari ini aku menemaninya bermain basket dengan temannya Doni. Aku melihatnya yang begitu semangat.

"Sudahi dulu, kalian belum istirahat dari tadi," teriakku. 

Aku melihat nafas mereka yang terengah-engah saking semangatnya. Kemudian aku memberikan handuk dan air minum ke Aril.

"Kamu mau main?" tanya Aril.

"Aku gak bisa," jawabku.

"Maka dari itu aku ajari, ayo! Lo istirahat dulu ya," kata aril sambil memegang tanganku.

"Siap!" balas Doni.

Jari jemariku sudah memegang bola. Padahal aku pendek, apa bisa bola yang kupegang ini masuk ke dalam ranjang.

Aku lempar dengan sekuat tenaga alhasil malah menerobos di bawah keranjang.

Aku mengeluh.

“Sini aku ajarin,” kata Aril. Dia mengambil bola yang tadi kulempar. 

“Kamu jangan terlalu fokus...” kata Aril.

Aku tidak memperhatikan dia berbicara. Karena wajahnya yang yang sangat dekat denganku. Membuatku gugup.

Dia memberikanku bola, dia mempelajari tekniknya padaku. Hingga membuatku bisa memasukkan bola ke keranjang. Aku sangat senang sekali.

Sekarang merebut bola dari lawan. Dia sangat lincah, membuatku tak bisa meraih bolanya. Tapi, aku tidak boleh menyerah. Karena Aril, mau kasih aku hadiah jika merebut bola basket dan memasukkan ke keranjang.

Saat dia lengah, aku mengambil bolanya dengan cepat dan langsung berlari memasukkan bola ke keranjang.

Bola masuk ke dalam keranjang. Membuatku sangat senang bisa mengalahkan Aril.

“Aku sudah membuatmu kalah, sekarang mana hadiahnya?” kataku sambil menjulurkan tanganku.

Tiba-tiba dia memegangi tanganku lalu mencium bibirku.

Di sisi lain

“Oh my god, my eyes,” kata Doni sambil menutup mata.

“Oi, mana Wenda?” tanya Rika. Rika yang melihat pun terkejut melihatku.

Aneh ciuman ini tak bisa aku tolak, dan membuatku sesak nafas. 

“Itu hadiahku,” kata Aril. “Apa ada hadiah buatku juga?”

Aku masih dibuat membeku sampai tidak bisa berfikir, hadiah apa yang akan kuberikan. Apa mungkin dia menunggu jawabanku?

"Kok diem sih?"

"Aku mau pacarmu."

"Apa? Gak denger," ledek Aril.

"AKU MAU JADI PACAR KAMU!"

"Kamu bener-bener cinta sama aku apa karena terpaksa?"

"Aku serius!"

“Yeay!” ucap Rika senang. “Congratulation,” tambahnya.

 Aku dan Aril saling tersenyum malu.

***

Aku, Aril, Rika dan Doni makan bakso di warung terdekat.

Aril meracik bumbunya buat aku. Dia tidak pernah lupa, aku sangat tidak suka dengan saus. Dia tidak menambahkan saus di baksoku.

“Hari ini gak usah pedas, besok malah bikin masalah,” kata Aril.

“Padahal aku pengen pedas,” kataku 

“Aduh kalau bermesraan jangan disini, bikin kaum jomblo iri,” kata Rika.

“Kau jomblo?” tanya Doni, raut wajahnya senang.

“Kalau iya kenapa?” kata Rika sembari menambahkan bumbu.

“Mau gak jadi pacarku?” pertanyaan Doni secara tiba-tiba.

Pada saat itu, Rika minum kuah yang sudah dicampur dengan cabe. Itu membuat Rika tersedak dan batuk-batuk. Aku langsung mengambil air.

“Lo gila ya! Lo ngapain sih ngomong gitu! kenal kagak! main tembak aja!“ bentak Rika.

“Maaf,” kata Doni sedih.

“Sudahlah Rika, jangan marah,” kataku menenangkan Rika.

“Menurutku kalian cocok,” kata Aril, dia malah menimbulkan kemarahan rika.

Lihat selengkapnya