My Sugar Baby

Arsa khoirol lathifa
Chapter #3

Kunjungan

Pipi itu kini merona.

"Ini buat kamu," kataku.

Sebuah bingkisan berbalut kertas payung berwarna coklat kuserahkan padanya.

"Pakai ya, janji!" 

Aku memajukan jari kelingkingku. 

"Ini isinya apa?" 

"Yang jelas bukan lingerie atau bikini, pakai ya!" kataku sambil memajukan lagi jari kelingkingku.

"Baiklah."

Kini jari kelingking kami bertautan, senyuman kami mengawali malam ini.

Sebenarnya tanpa make up dia sudah cantik, sangat cantik malahan. Namun dia dengan sangat epik menyembunyikan kecantikannya di balik kacamatanya dan pakaian longgarnya.

"Aku naik dulu ya, Kak," katanya.

"Have fun, ya!" 

Dia mengatupkan ibu jari dan telunjuknya hingga membentuk huruf 'O' dan menghilang di balik lift.

Bukan perkara mudah untuk membuatnya keluar dari lingkaran setan. Tak semudah kita berkata 'Tobat sana! kenapa kamu kerja kayak gitu? Apa nggak ada kerjaan lainnya? Nggak takut dosa? Nggak takut penyakit?'. Tidak semudah itu untuk mengajaknya keluar dari lingkarannya.

Sudah banyak pelacur cek in di hotel tempatku bekerja. Aku sudah hafal bentuk mereka, biarpun mereka menutupinya. Baunya berbeda. Berbeda dengan orang biasa. 

Aku bisa membedakan mana pelacur dan mana orang umum biasa. Namun Shiva berbeda, dia hanya melayani satu orang yang sama. Berarti dia spesial dengan dikontrak khusus oleh satu orang. Laki-laki yang biasa datang lima belas menit setelah Shiva naik ke kamarnya.

Gadis seusia adikku kenapa bisa memiliki pekerjaan yang seperti itu? Bagaimana latar belakang keluarganya? Kenapa dia memilih jalan ini? 

Semua misteri ini harus kupecahkan perlahan-lahan. Seharusnya dia hidup normal seperti gadis biasanya. Paling tidak seperti adikku. Bukan seperti ini.

Krincing!

Laki-laki itu datang, lantai tiga, seperti biasanya. 

****

"Kak ...."

"Hmmm ...."

Kini aku bersiap berangkat kerja, aku kenakan jaket kesayangan pemberian mantan. Halah! Jadi ingatkan!

"Besok minggu aku mau ketempat Shiva, ada tugas ekonomi, dia jagonya," kata adikku.

"Terus?" tanyaku.

"Kok terus? Katanya mau main ketempatnya?" 

Aku menepuk dahiku.

"Aduh lupa!" 

"Kamu itu gimana sih, Kak? Katanya suka? Kok malah lupa, kamu itu suka nggak sih?" 

"Iya deh, besok aku ikut," kataku sambil memakai sepatuku.

"Kamu ngantar aja, nggak usah nungguin," kata adikku.

"Iya deh, kakak berangkat dulu, jangan lupa kunci pintu, jangan kelayapan!" kataku.

"Siap, Kakbos!"

Aku mengacak-acak rambutnya dan bersiap berangkat kerja.

*****

Lihat selengkapnya