"Buka, bangsat!!!"
Suara gedoran beserta teriakan saling bersahutan, membuatku langsung menghentikan aktivitas menangkap kecoak dan fokus ke arah pintu. Sedangkan mbak Bian dan mas Jems jangan ditanya, seperti acuh dengan suara gedoran di pintu, mereka justru menarik-narik sarungku, mendesak agar aku segera menuntaskan kecoak yang terakhir.
"Lo nggak buka pintu ini gue dobrak!"
Teriakan kembali terdengar. Seketika aku dilema, membuka pintu atau menerkam kembali kecoak yang sudah menegakkan antenanya, seakan menantangku.
"Mamposs, dia terbang kesini!!"
Mas Jems berteriak panik. Tarikan tangannya di sarungku semakin kuat, membuatku hampir tercekik.
“Mampus gue! Mampus!!"
Mbak Bian ikut berteriak saat kecoak itu mulai mengitari kami, dengan sombongnya menantangku menggunakan sayap cokelat beserta antenanya yang bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan. Tak tahan dengan tarikan dan suara gedoran yang membuatku pusing, aku langsung memukul kepala mas Jems dengan sekop sekeras mungkin, sebelum akhirnya mulai memburu kecoak terakhir.
Kecoak satu ini sepertinya bisa dikategorikan sebagai kecoak mafia mantan atlit. Gerakannya sangat lincah, tetapi begitu dia hinggap di rambut atau di wajah mbak Bian, kaki tajamnya langsung membuat mbak Bian dan mas Jems menggeliting kepanasan.
Tentu saja yang paling menderita adalah aku! Harus melindungi 2 manusia super penakut sementara aku sendiri juga gemetaran setengah mati. Padahal secara penampilan, mas Jems cukup kekar dan atletis.
Akhirnya, setelah berlari kesana kemari, si kecoak berhasil kulumpuhkan.
"Hahhhh, syukurlah!"
Kami bertiga sontak menghela nafas lega.
"Nggak lo buka gue dobrak nih!"
Kelegaanku tak berlangsung lama karena uara teriakan di balik pintu semakin terdengar tak sabaran, bahkan aku bisa melihat engsel pintu yang hampir lepas akibat gedoran yang terlalu keras.
Mbak Bian mendorong mas Jems hingga tersungkur di depan tubuh kecoak yang baru saja kukalahkan, membuat teriakan macho mas Jems keluar dari mulutnya.
Aku mengerlingkan mata sebal, rasanya ingin kujitak saja kepala mas Jems. Dalam hati aku turut prihatin dengan selera mbak Bian. Sekalipun mas Jems cukup ganteng dengan tubuh tinggi dan atletis bak model iklan L-Men, tetap saja tingkahnya nggak jauh-jauh dari model iklan Bebelac. Ngakunya macho, sama kecok aja takut!
"Apaan sih?"
Mbak Bian membuka pintu dengan tiba-tiba, bertepatan dengan serobotan pria kekar yang sedari tadi menggedor pintu. Sepertinya pria itu berniat untuk mendobrak. Tapi gerakan mbak Bian yang membuka pintu secara tiba-tiba membuat tubuhnya masuk ke dalam dan berakhir menabrak dinding kamar mbak Bian.