Pria kekar itu memandangku dengan tatapan dingin, membuat bulu kudukku seketika berdiri. Rasanya ada sesuatu hal di dalam diri pria kekar itu yang membangkitkan rasa takut di alam bawah sadarku.
"Lo sebenarnya penjaga kos atau admin lambe-lambean sih? Kepo amat sama urusan orang!"
Dengus mbak Bian yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahku.
Mbak Bian merapatkan tubuhnya ke arahku, memasang sikap defensif yang aku tak tahu apa alasannya. Yang pasti, mbak Bian bersikap seakan pria kekar itu adalah ancaman yang patut di waspadai.
"Nama gue Johan. Gue cuma pengen tahu. Tadi gue liat ada yang ngerekam dari balkon atas."
Jelasnya sambil memperkenalkan diri dengan suara ketus. Sepertinya dia sangat kesal dengan perlakuan mbak Bian terhadap dirinya. Sekalipun Johan sedang bertanya, tapi sikapnya sama sekali tak mencerminkan orang yang sedang bertanya. Mata dan sikapnya seakan mengatakan bahwa dia tahu akulah orang yang dia cari.
Memang tadi aku sempat merekam tindakan kasar Johan dengan mbak Nina, bahkan videonya tersimpan di ponselku.
"Nggak ada kok, dari maghrib tadi kita udah main Uno."
Mas Jems menjawab santai. Dia menyenderkan tubuhnya di dinding, memandang Johan dengan tatapan geli.
Seketika aku menyadari bahwa hanya akulah manusia yang normal di antara mereka semua. Mbak Bian yang tiba-tiba super defensif, Johan yang bersikap sangat mencurigakan dan mas Jems yang terlihat seperti sedang menikmati sesuatu. Johan terlihat tak puas dengan jawaban mas Jems. Dia kembali melangkahkan kakiknya ke dalam kamar mbak Bian dan berhenti tepat di depanku.
"Siniin HP lo."
Ucapnya, penuh nada perintah.
Tangannya terulur tak sabaran seakan memberi sinyal bahwa baku hantam dapat terjadi sewaktu-waktu jika aku tak menuruti keinginannya.
Aku bisa merasakan keringat dingin mengucur di punggungku. Jika tadi aku begitu sesumbar akan menghajar Johan karena perlakuan kurang ajarnya ke mbak Nina, entah kenapa saat ini keberanianku seperti tersedot habis.
"Hak lo apa minta HP Icha?"
Mbak Bian melangkah maju, berdiri tepat diantara aku dan Johan.
"Lo gak usah ikut campur perempuan sialan! Ini urusan gue sama ni bocah!"
Bentaknya kasar, menoyor dahi mbak Bian dengan telunjuknya.