Shelyn mengacungkan sebuah pistol yang digenggamnya sejak tadi dengan tangan gemetar. Kedua matanya berkaca-kaca menyaksikan papanya sedang bertekuk lutut tak berdaya dikepung oleh segerombolan orang-orang berpakaian abu-abu hitam.
Semua orang yang asing di kepalanya, kecuali pemuda berjas hitam itu. Pemuda yang sedang berdiri di dekat Papanya. Pemuda itu bernama Davin Anggara atau mungkin Davin Marcelio. Entahlah. Yang jelas pemuda itu telah sukses mengelabuinya selama ini.
Tak ada hal yang lebih menyakitkan bagi gadis itu, selain melihat papanya sekarang bersimpuh di hadapan Davin dalam keadaan tak berdaya. Bulir-bulir bening menggenangi pelupuk mata Shelyn, membuat pandangannya berkabut.
"Turunkan senjata kamu sekarang, Nona!" Terdengar suara lantang dari arah sisi kiri Shelyn.
Shelyn tersentak. Namun, ia tetap bergeming. Tangannya terus mengacungkan pistol yang dipegangnya erat-erat. Gadis itu sudah siap akan menekan pelatuk yang sejak tadi diarahkannya pada Davin.
"Lepasin papaku sekarang juga! Atau aku tembak kalian!" teriaknya penuh amarah dan lantang. Dadanya terasa bergemuruh hebat.