Tap-tap-tap.
Suara langkah kaki terdengar menggema di sepanjang koridor sebuah gedung berlantai dua bercat hitam dan putih itu. Seorang pemuda berbadan tinggi tegap dengan wajah dingin berjalan tergesa-gesa menuju ruangan bertuliskan Meeting Room di lantai dua sebelah selatan gedung. Sesekali ia melirik arloji yang dipakainya. Lima menit lagi waktu rapat akan dimulai dan ia masih belum berada di sana.
Keterlambatan bukanlah ciri khasnya. Pemuda itu merasa kesal pada teman satu timnya bernama Dimas Permana yang mangatakan bahwa rapat penting hari ini ditunda. Jadi pemuda itu cuma bermalas-malasan di kamar mess-nya dan baru mendapat kabar dari rekannya yang lain bernama Dara—10 menit lalu—bahwa rapat tetap dilaksanakan.
Tergesa-gesa, Davin pun langsung menyusul rekan-rekannya yang lain menuju ruang rapat.
Pemuda bernama asli Davin Marcelio itu menatap lagi arlojinya. Tiga menit waktu yang tersisa. Setengah berlari ia menaiki tangga menuju lantai dua. Beberapa orang yang sedang berjalan di koridor pun tak sengaja ia tabrak.
Davin adalah seorang agen rahasia di sebuah perusahaan intelijen swasta bernama Lembaga Intelijen Pancasila atau disingkat LIP. Sudah 3 tahun ia bergabung menjadi anggota dan selama ini reputasinya dalam menjalankan tugas selalu baik, bahkan cemerlang.
Kabarnya, rapat hari ini akan membahas masalah penting mengenai beberapa pejabat penting negara yang terlibat kasus gelap. Sejauh ini, Lembaga Intelijen Pancasila sudah mendapat banyak reputasi baik dalam menjalankan misi rahasia. Banyak perusahaan-perusahaan besar maupun lembaga negara menyewa jasa mereka untuk menjadi mata-mata atau membongkar rahasia gelap seseorang yang penting.
Saat Davin sampai, sudah banyak orang-orang berkumpul di sana. Mereka semua memakai seragam abu-abu hitam yang sama dengan seragam yang dipakainya saat ini. Untung saja rapat belum dimulai karena atasan mereka, Pak Mathias belum hadir.
Davin segera menyelinap masuk dan duduk di kursi kosong di antara Dimas dan Dara. Dimas cepat-cepat nyengir ketika Davin berada di sebelahnya. Davin, Dara dan Dimas adalah rekan setim dalam menjalankan tugas selama ini. Mereka bahkan dijuluki tim 3D karena nama mereka dan kekompakannya.
"Hampir gue telat gara-gara lo!" gerutu Davin, melotot marah.
Dimas hanya menunjukan cengiran kudanya. Seorang pemuda yang memang punya sifat jail dan usil pada siapa saja. Meski begitu, Dimas adalah Hacker yang paling handal di antara anggota tim yang lain.
Pak Mathias muncul bersama dua orang asistennya sambil membawa laptop serta setumpuk berkas. Alat proyektor langsung dinyalakan dan lampu ruangan pun dimatikan. Salah seorang asisten wanita yang membawa berkas mulai membagikan satu per satu berkas tersebut ke semua peserta rapat yang hadir di dalam ruangan.
Gambar seorang pria setengah baya muncul di layar. Pak Mathias berdiri di depan, mulai berbicara dengan lantang.
"Selamat pagi semua! Rapat kali ini akan membahas sebuah misi penting yang akan kita laksanakan mulai saat ini. Misi rahasa ini diminta khusus oleh Badan Intelijen Negara karena target kita melibatkan petinggi penting negara ini.”
Pak Mathias menunjuk gambar pria di layar. "Kalian pasti kenal siapa bapak di layar ini?" Ia bertanya, menatap satu per satu orang-orang di dalam ruangan. "Ya, beliau adalah bapak Menteri Koordinator kita di bidang Ekonomi. Kabarnya beliau terlibat dalam beberapa kasus gelap. Perdagangan senjata ilegal, pencucian uang dan kasus suap. Namun, bukti yang terkumpul masih sedikit dan sulit melacaknya karena beliau sangat rapi dalam memainkan peran.
“Ada banyak pengusaha besar dan pejabat negara lain yang ikut terlibat, sehingga membuktikannya membutuhkan strategi. Menurut rumor yang beredar, Haikal memiliki sebuah chip memory berisi bukti konkrit atas kebusukan yang dilakukannya bersama pejabat lain. Maka dari itu, lembaga BIN dan juga KPK meminta kita bekerja sama dalam mengungkap kasus ini serta mendapatkan chip itu.”
Gambar di layar berganti ke seorang pria lain yang berumur sekitar 40 tahunan. Pak Mathias berdehem sebentar lalu melanjutkan, “Dan ini adalah sekretaris Haikal bernama Mulya Hidayat. Dia sudah bekerja sangat lama dengan Pak Menteri kita. Dimana ada Haikal disitu pasti ada Mulya. Dia-lah kaki tangan serta bukti kuat selain Chip jika ingin menjerat Haikal. Tapi, Mulya adalah orang yang sangat setia. Sulit rasanya untuk menyuruh Mulya membuka mulut mengenai Haikal.”
Gambar di layar kembali berganti. Kali ini menampakkan sebuah foto gadis berparas sangat cantik dan membuat para laki-laki dalam ruangan ini bersorak riuh dengan semangat.
Pak Mathias memberi kode agar semuanya diam. Lalu, ia kembali berkata, "Siapa yang kenal gadis cantik di layar ini?"
Terdengar bisik-bisik lirih. Dimas yang sejak tadi antusias, langsung menjawab lantang.